Suara.com - Kebijakan penetapan harga BBM yang dijual di SPBU milik pertamina dan Shell milik Petronas kini bagai bumi dan langit. Di saat pemerintah berencana menaikkan harga BBM, harga Petronas tak begitu mahal. Namun, perbandingan pendapatan pertamina dan Petronas ini jauh berbeda.
Perusahaan yang berkantor pusat di Malaysia ini menjual BBM dengan RON 95 dengan harga Rp6.990 per liter dalam kurs ringgit. BBM dengan nilai oktan lebih tinggi yakni RON 97 dijual dengan harga Rp13.075 per liter, dan diesel RP7.330 per liter. Perusahaan asing lain yang berniat menurunkan harga BBM-nya adalah Shell yang berkantor pusat di Belanda.
Seperti diketahui, per 1 Agustus ini Shell menurunkan harga beberapa jenis produknya. BBM jenis Shell Super setara RON 92 atau Pertamax dalam produk Pertamina turun dari 18.990 per liter menjadi Rp17.300 per liter. Di samping Shell Super ada tiga produk lagi yang bakal turun harga yakni Shell V-Power, Shell V-Power Diesel, dan Shell V-power Nitro+.
Shell V-Power (RON 95) turun dari harga Rp20.500 per liter menjadi Rp18.300 per liter. Shell V-Power Diesel (CN 51) turun dari Rp21.870 per liter menjadi Rp19.280 per liter. Terakhir, Shell V-power Nitro+ (RON 98) turun dari Rp 21.280 per liter menjadi Rp18.520 per liter.
Jika dibandingkan dengan harga BBM yang dijual di SPBU Pertamina harga Pertamax Turbo (RON 98) naik dari Rp14.500 menjadi Rp16.200 per liter, Dextalite naik dari Rp12.950 per liter menjadi Rp15.000 per liter. Kemudian Pertamina Dex naik dari Rp13.700 menjadi Rp16.500 per liter. Harga Pertalite dan Pertamax tetap masing-masing Rp7.650 per liter dan Rp12.500 per liter.
Dengan selisih harga ini berapa perbandingan pendapatan Pertamina dan Petronas?
PT Pertamina (Persero) membukukan laba bersih USD 2,95 miliar atau setara Rp29,69 triliun pada tahun anggaran 2021. Laba ini naik 95 persen dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai USD 1,05 miliar.
Pembukuan laba bersih itu sudah disepakati oleh pemegang saham lewat Rapat umum Pemegang Saham (RUPS) Tahun Buku 2021 yang berlangsung pada Juni 2022 lalu.
Sementara itu, Petronas mencatatkan laba RM 48,6 miliar atau setara Rp161 triliun pada 2021. Laba ini lima kali lipat lebih besar dibandingkan pertamina. Jumlah laba ini juga dipengaruhi jumlah aset Petronas yang dua kali lebih banyak dibandingkan Pertamina
Baca Juga: Pertamina Gelar Sosialisasi Subsidi Tepat di Kota Bekasi
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni
Berita Terkait
-
Waspada Penipuan Berkedok Rekruitmen Karyawan Pertamnia
-
Tips Membedakan Oli Mesin Motor Matik Keluaran Terbaru dan Lama
-
Kenaikan Harga Cabai, BBM hingga Tarif Listrik Picu Melesatnya Inflasi Juli 2022
-
My Pertamina Voice Jadi Gebrakan Edukasi Subsidi Tepat
-
Pertamina Gelar Sosialisasi Subsidi Tepat di Kota Bekasi
Terpopuler
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
Pilihan
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
-
Gagal di Sea Games 2025, Legenda Timnas Agung Setyabudi Sebut Era Indra Sjafri Telah Berakhir
Terkini
-
KB Bank Butuh Suntikan Modal untuk Masuk 10 Besar Indonesia
-
Kenaikan Gaji Pekerja RI Bakal Melambat 5,8 Persen Tahun 2026
-
Pemerintah Janji Tahun 2026 Tidak Ada Potong Gaji, Formulasi Baru Jadi Jaminan
-
Isu Dinamika Bisnis Menyeruak dalam RUPSLB SMGR
-
Lalu Lalang Penumpang Udara saat Nataru Diprediksi Lebih dari 10,5 Juta Orang
-
Krisis Energi di Pengungsian Aceh, Rieke Diah Pitaloka Soroti Kerja Pertamina
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Bank Mega Syariah Salurkan Pembiayaan Sindikasi Senilai Rp870 Miliar
-
PPN Buka Suara Soal Rencana Pemerintah Stop Impor Solar pada 2026
-
Tarif Ekspor Indonesia ke AS 'Dipangkas' dari 32% ke 19%, Ini Daftar Produk Kebagian 'Durian Runtuh'