Suara.com - PT Rekayasa Industri (Rekind) kembali mendapat kado spesial di usianya yang ke 41 tahun. Komitmennya dalam pengembangan inovasi dan teknologi membuahkan hasil membanggakan Rekind digandeng pemerintah melalui Direktorat Bioenergi - Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi untuk Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nabati (BBN) Diesel Biohidrokarbon dan Bio Avtur.
Selain Rekind, kerjasama ini juga mengikutsertakan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Pertamina (Persero), PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan Institut Teknologi Bandung.
Kekokohan sinergi ini ditandai dengan penandatanganan kerja sama antara Direktorat Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi yang diwakili oleh Edi Wibowo selaku Direktur.
Selain itu, Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi yang diwakili oleh Ariana Soemanto selaku Kepala Lemigas, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih, Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja Palembang Tri Wahyudi Saleh, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional Taufik Aditiyawarman, dan Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi I Gede Wenten. Perjanjian kerjasama ini ditandatangani di Cilacap.
“Bagi kami kerjasama ini sangat membanggakan, karena merupakan tahapan atas prestasi yang dilakukan Rekind sebagai satu-satunya Perusahaan EPC milik bangsa yang berkontribusi aktif dalam pembangunan industri di tanah air,” ujar Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih.
Sinergi ini tentunya menghembuskan ‘angin segar’ tersendiri buat Rekind dalam upayanya mengembangkan misi yang diamanatkan negara.
“Selain itu, kerjasama ini juga menunjukkan gambaran bahwa Rekind memang sangat kompeten, berpengalaman, dan berkomitmen tinggi dalam mengemban tugas, termasuk yang diamanatkan negara,” jelas wanita yang akrab disapa Yani tersebut.
Estimasi waktu yang dibutuhkan untuk pengerjaan EPC Proyek Strategis Nasional Demo Plant BBN ini berkisar 29 bulan. Dalam Sinergi ini, Rekind akan melakukan tahapan engineering yang terdiri dari penyusunan Basic Engineering Design (BED) , Front End Engineering Design (FEED), dan Detail Engineeing Design (DED), termasuk semua detail dokumen engineering termasuk dokumen pre-design dan post-construction yang dilakukan secara bertahap.
“Hampir semua lingkup engineering dikerjakan Rekind, seperti BED, FEED, dan DED pada lingkup OSBL (outside Battery Limit) serta BED pada lingkup ISBL (Inside Battery Limit),” tambah Yani.
Baca Juga: Dukung Gerakan Antikorupsi, Rekind Raih Silver Winner di IDEAS 2022
Kerjasama ini merupakan tindak lanjut dari Proyek Strategis Nasional (PSN) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, yaitu Pembangunan Bahan Bakar Hijau (Green Diesel Bio Refinery Revamping) Berupa Hidrogenasi CPO di PUSRI Palembang. Dengan berbagai pertimbangan maka dilakukan pemindahan lokasi ke PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit IV Cilacap.
PSN Hidrogenasi CPO merupakan Pengembangan Teknologi Diesel Biohidrokarbon dan Bio Avtur Berkapasitas 1300 liter bahan baku per hari. Teknologi yang dikembangkan berupa proses produksi diesel biohidrokarbon dan bio avtur dari industrial vegetable oil (IVO)/industrial lauric oil (ILO)/mixed industrial vegetable oil (MIVO) menggunakan katalis Merah Putih yang dikembangkan oleh ITB.
Tahapan pengembangan teknologi tersebut terdiri dari BED, FEED, DED, procurement (pengadaan), construction (konstruksi), commissioning dan ujicoba pabrik stand alone berkapasitas 1300 liter bahan baku per hari sebagai percontohan bagi tahap selanjutnya yaitu pabrik skala komersial.
Biodiesel dari minyak sawit semakin banyak digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil. Dalam hal jejak karbon langsung, hanya minyak sawit yang mampu mencatat penurunan emisi sebesar 50% dibandingkan minyak solar. Bahan bakar nabati juga hanya menghasilkan seperempat dari jumlah karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan minyak solar konvensional.
Selain itu, kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati paling produktif. Tanaman ini menghasilkan produktivitas tertinggi per luas lahan dan membutuhkan lebih sedikit pestisida serta pupuk daripada tanaman penghasil minyak nabati lain seperti kedelai dan kanola. Faktor ini menjadikan kelapa sawit sebagai bahan baku paling ekonomis untuk bahan bakar nabati.
Bahan bakar nabati merupakan sumber energi terbarukan terbesar yang digunakan saat ini, secara global menyumbang 70% pasokan energi terbarukan dan 10% dari total pasokan energi utama pada 2017.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Prudential Syariah Bayarkan Klaim dan Manfaat Rp1,5 Triliun Hingga Kuartal III 2025
-
Rupiah Melemah, Sentimen Suku Bunga The Fed Jadi Faktor Pemberat
-
Daftar Pinjol Berizin Resmi OJK: Update November 2025
-
Survei: BI Bakal Tahan Suku Bunga di 4,75 Persen, Siapkan Kejutan di Desember
-
Berapa Uang yang Dibutuhkan untuk Capai Financial Freedom? Begini Trik Menghitungnya
-
Tiru Negara ASEAN, Kemenkeu Bidik Tarif Cukai Minuman Manis Rp1.700/Liter
-
Pemerintah Bidik Pemasukan Tambahan Rp2 Triliun dari Bea Keluar Emas Batangan di 2026
-
BRI Dukung PRABU Expo 2025, Dorong Transformasi Teknologi bagi UMKM Naik Kelas
-
Bunga KUR Resmi Flat 6 Persen dan Batas Pengajuan Dihapus
-
Finex Rayakan 13 Tahun Berkarya