Suara.com - Pengusaha sekaligus salah satu pendiri Red Bull Dietrich Mateschitz meninggal dunia di usia 78 tahun. Pria yang sukses membesarkan bisnis Formula 1 itu sebelumnya memang diisukan sakit setelah jarang terlihat di depan umum.
“Berita yang sangat menyedihkan, tentang meninggalnya Dietrich," kata kepala tim Red Bull Christian Horner kepada the-race.com.
“Dia pria yang luar biasa, apa yang telah dia lakukan untuk banyak orang. Tidak hanya di Formula 1 tetapi dalam bisnis Red Bull, di dunia Red Bull, di semua platform olahraga – dan dia adalah orang yang sangat menginspirasi," sambung dia. Dia selalu antusias, menyemangati, mendukung, di hari-hari baik dan hari-hari buruk. Dan begitu banyak yang berhutang padanya," sambung Horner.
Mateschitz adalah pengusaha sekaligus pendiri Red Bull, sebuah minuman berenergi yang terinspirasi dari Krating Daeng dari Thailand.
Usai membentuk perusahaan Red Bull pada tahun 1987 bersama pencipta Krating Daeng Chaleo Yoovidhya, Mateschitz mengembangkannya menjadi waralaba global dan menjadi sumber utama kekayaannya yang luar biasa.
Red Bull lantas berkembang menjadi salah satu perusahaan raksasa dunia yang menjadi salah satu tulang punggung Formula 1.
Awalnya sponsor dan pemilik mayoritas Sauber, Red Bull berpisah dengan tim Swiss ketika menolak untuk menjalankan Enrique Bernoldi, salah satu pembalap muda yang didukung Red Bull saat itu.
Red Bull lantas mengakusisi tim Jaguar yang berkinerja buruk pada tahun 2004 dan mengganti namanya menjadi Red Bull Racing untuk musim berikutnya.
Pada akhir 2005 Mateschitz juga membeli Minardi, bersama dengan Gerhard Berger yang kemudian dia beli, menamainya Toro Rosso dan menjadikannya tim junior Red Bull.
Baca Juga: Lewis Hamilton Ucapkan Selamat kepada Max Verstappen, Siap Bersaing Musim Depan
Mateschitz sangat serius dalam menggarap bisnis dalam dua operasi F1-nya dan mengubah Red Bull Racing menjadi salah satu tim F1 yang paling sukses.
Ia mempekerjakan Adrian Newey sebagai bagian operasi pemenang balapan dan kemudian memenangkan gelar, sementara program junior yang semakin berkembang membawa orang-orang seperti Sebastian Vettel ke F1.
Pada puncak kekuatan mereka, Red Bull Racing dan Vettel bergabung untuk memenangkan empat gelar berturut-turut dari 2010 hingga 2013.
Aturan V6 turbo-hybrid membuat Red Bull Racing memilih mundur karena mitra mesin mereka, yaitu Renault memiliki pendapat yang berbeda meski Mateschitz terus mendukung operasi F1.
Di era inilah investasinya menghidupkan kembali Grand Prix Austria, di Red Bull Ring yang telah dia beli satu dekade sebelumnya.
Dan ketika Red Bull Racing berpisah dari Renault untuk bermitra dengan Honda, itu memulai perjalanan yang membuat tim menjadi pemenang gelar lagi, mengakhiri dominasi Mercedes pada tahun 2021 dengan Max Verstappen – pembalap lain yang dibawa Red Bull ke F1 di tempat pertama.
Berita Terkait
-
Bos Tim Haas Masih Buka Pintu bagi Daniel Ricciardo untuk Musim F1 2023
-
Zak Brown Menegaskan Tim Red Bull F1 Harus Dihukum Karena Bertindak Curang
-
Sebastian Vettel Sebut Lewis Hamilton dan Fernando Alonso Rival Terberatnya
-
Top 5 Sport: Berikut Daftar Juara F1, Max Verstappen Samai Fernando Alonso
-
Lewis Hamilton Ucapkan Selamat kepada Max Verstappen, Siap Bersaing Musim Depan
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Kenapa Proyek Jalan Trans Halmahera Disebut Hanya Untungkan Korporasi Tambang?
-
Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat
-
Sambut Bryan Adams Live in Jakarta 2026, BRI Sediakan Tiket Eksklusif Lewat BRImo
-
Proyek Waste to Energy Jangan Hanya Akal-akalan dan Timbulkan Masalah Baru
-
Geger Fraud Rp30 Miliar di Maybank Hingga Nasabah Meninggal Dunia, OJK: Kejadian Serius!
-
Laba PT Timah Anjlok 33 Persen di Kuartal III 2025
-
Kala Purbaya Ingin Rakyat Kaya
-
Didesak Pensiun, Ini Daftar 20 PLTU Paling Berbahaya di Indonesia
-
IHSG Berakhir Merosot Dipicu Aksi Jual Bersih Asing
-
Riset: Penundaan Suntik Mati PLTU Justru Bahayakan 156 Ribu Jiwa dan Rugikan Negara Rp 1,822 T