Suara.com - Rejeki memang tidak kemana, baik di kota maupun di desa. Itulah yang kini dirasakan Agustina Heriyanto seorang pemuda yang berasal dari Majalengka, Jawa Barat. Pasalnya dia meraup untung yang luar biasa dari usahanya membudidaya jambu kristal yang ia beri nama Jayi.
Awal, Agus panggilan akrabnya mendapatkan bibit unggul jambu kristal pemberian pemerintah, kesempatan tersebut pun tak disia-siakan oleh dirinya agar bisa mendapatkan pundi-pundi uang dari hasil bertani jambu kristal.
Tak disangka tak tak diduga kini, usahanya membuahkan hasil, Agus mengaku untuk sekali panen jambu kristal dia mendapatkan sekitar Rp1,2 miliar yang masuk kantongnya.
Agus pun bercerita bahwa awalnya dia mendapatkan bibit jambu kristal dari pejabat di Kementerian Pertanian. Pada waktu itu Agus mendapatkan informasi bagimana cara untuk membudidayakan jambu kristal yang baik dan benar.
Dia pun diberi arahan untuk memberi pupuk yang tepat dan berkualitas, melakukan pembungkusan buah, serta melakukan penyiraman sesuai dengan yang diperlukan.
Berkat kegigihannya, jambu kristal Jayi miliknya sangat digemari oleh masyarakat. Bahkan beberapa konsumen bergantian datang ke kebun milik Agus untuk membeli hasil panennya dan ada pula yang di ekspor ke luar negeri.
Sebelum menjadi petani jambu kristal Jayi, Agus menyelesaikan pendidikannya sebagai sarjana ekonomi. Setelah lulus, dia sempat bekerja di salah satu bank swasta di Bandung dan akhirnya menjadi petani berkat bujukan orang tua.
Jerih payahnya pun membuahkan hasil yang memuaskan, kini Agus telah memiliki kurang lebih 6.000 pohon jambu kristal Jayi. Adapun, satu pohon jambu kristal dapat menghasilkan rata-rata 20 kilogram (kg) dan saat ini harga di pasaran sekitar Rp17.000 per kg.
Jika jambu kristalnya dijual dengan harga Rp10.000 per kg, maka dalam sekali panen Agus bisa meraup hasil hingga Rp1,2 miliar. Di samping itu, Agus pun sudah mampu membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, yaitu sekitar 40 orang per hari ditambah dengan beberapa orang yang bekerja membantu di kebunnya.
Baca Juga: Kementan Surati Dirut Bulog, Minta 610.632 Ton Beras dari 24 Provinsi Segera Diserap
Untuk menyuplai pasar baik dalam negeri maupun ekspor, Agus berupaya tetap menjaga kualitas dan kontinuitas. Hal itu dilakukan dengan pemilihan jenis pupuk yang tepat dan berkualitas, serta pemberian dosis dan jadwal pemupukan yang tepat.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
Pilihan
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Ratu Tisha Lengser: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar PSSI?
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
Terkini
-
Naik Kelas Bersama BRI, UMKM Fashion Asal Bandung Ini Tembus Pasar Internasional
-
Apa Itu Co Living? Tren Gaya Hidup Baru Anak Muda
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
SPBU Swasta Beli BBM dari Pertamina, Simon: Kami Tak Cari Untung!
-
Jurus SIG Hadapi Persaingan: Integrasi ESG Demi Ciptakan Nilai Tambah Jangka Panjang
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
Kemenhub 'Gandeng' TRON: Kebut Elektrifikasi Angkutan Umum, Targetkan Udara Bersih dan Bebas Emisi!
-
Harris Arthur Resmi Pimpin IADIH, Siap Lawan Mafia Hukum!
-
Fakta-fakta Demo Timor Leste: Tekanan Ekonomi, Terinspirasi Gerakan Warga Indonesia?