Suara.com - Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terus mencatatkan kinerja negatif dalam kurun waktu 2 minggu terakhir, meski demikian perusahaan mengklaim anjloknya saham emiten teknologi digatal tersebut tidak mencerminkan kondisi fundamental perusahaan yang sebenarnya.
Presiden Grup GoTo, Patrick Cao mengatakan, fluktuasi harga saham GOTO saat ini sama seperti saham perusahaan publik lainnya sebagai bagian dari mekanisme pasar.
"Dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun tidak terbatas pada kondisi makro ekonomi, pasar modal, kompetisi dan kinerja perusahaan,” kata Cao dalam paparan publik secara daring ditulis, Jumat (9/12/2022).
Untuk membuktikan perkataannya tersebut, Cao pun membuka dapur keuangan GOTO. Dia bilang dari sisi kinerja perusahaan, GOTO merealisasikan seluruh targetnya terutama dalam rangka percepatan mencapai profitabilitas.
Pada laporan keuangan kuartal ketiga 2022, misalnya, Gross Transaction Value (GTV) kuartalan Grup tumbuh 33 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, mencapai Rp161 triliun.
Pendapatan bruto kuartalan Grup tumbuh 30 persen secara tahunan mencapai Rp5,9 triliun.
Per segmen bisnis, GTV On-Demand Services mencapai Rp15,7 triliun pada kuartal ketiga 2022, tumbuh 24 persen secara tahunan.
GTV E-Commerce Perseroan tumbuh sebesar 15 persen secara tahunan pada kuartal ketiga menjadi Rp69,9 triliun.
Lalu, GTV Financial Technology Services mencatatkan pertumbuhan yang baik pada kuartal ketiga sebesar 78 persen menjadi Rp97,1 triliun.
Baca Juga: Saham Ambyar Berhari-hari, GOTO Bakal Jual Aset?
Meski begitu, Patrick mengakui positifnya kinerja fundamental tersebut belum terefleksikan dalam pergerakan harga saham.
Hal tersebut merupakan situasi yang diluar dari kontrol manajemen GOTO.
Salah satunya imbas berakhirnya periode larangan pengalihan saham seri A yang membuat terjadinya kenaikan jumlah saham yang beredar di pasar.
"Mengakibatkan peningkatan transaksi jual beli saham. Hal ini dapat dikarenakan oleh beberapa hal, antara lain investor awal yang masuk di harga saham yang lebih rendah yang merealisasikan keuntungan,” terusnya.
Selain itu, lanjut Patrick, terjadi juga berakhirnya masa investasi atau fund life untuk investor finansial.
Ditambah lagi dengan siklus kebutuhan likuiditas di akhir tahun atau kebutuhan likuiditas lainnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
ESDM Perkuat Program PLTSa, Biogas, dan Biomassa Demi Wujudkan Transisi Energi Hijau untuk Rakyat
-
Lowongan Kerja PT Surveyor Indonesia: Syarat, Jadwal dan Perkiraan Gaji
-
Profil BPR Berkat Artha Melimpah, Resmi di Bawah Kendali Generasi Baru Sinar Mas
-
BI Sebut Asing Bawa Kabur Dananya Rp 940 Miliar pada Pekan Ini
-
BI Ungkap Bahayanya 'Government Shutdown' AS ke Ekonomi RI
-
Pensiunan Bisa Gali Cuan Jadi Wirausahawan dari Program Mantapreneur
-
Sambungan Listrik Gratis Dorong Pemerataan Energi dan Kurangi Ketimpangan Sosial di Daerah
-
Bank Indonesia Rayu Apple Adopsi Pembayaran QRIS Tap
-
Profil Cucu Eka Tjipta Widjaja yang Akusisi PT BPR Berkat Artha Meimpah
-
Kementerian ESDM Tata Kelola Sumur Rakyat, Warga Bisa Menambang Tanpa Takut