Suara.com - Masalah kesehatan yang diakibatkan konsumsi tembakau merupakan salah satu tantangan dihadapi seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.
Melalui penyelenggaraan Asia Pacific Harm Reduction Forum (APHRF) 2024, forum yang membahas isu mengenai pengurangan bahaya dari penggunaan tembakau di Asia Pasifik, beberapa waktu lalu diharapkan dapat membangun dukungan dari seluruh pemangku kepentingan terkait untuk mendorong implementasi pengurangan bahaya tembakau bagi perokok dewasa yang ingin beralih dengan pemanfaatan produk rendah risiko.
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, jumlah perokok aktif telah mencapai 70 juta orang. Menurut Kementerian Kesehatan, 70 juta perokok dewasa tersebut berpotensi terkena Penyakit Tidak Menular (PTM). Sebab, konsumsi rokok menjadi salah satu faktor risiko yang bisa menyebabkan PTM.
Ketua asosiasi konsumen dewasa, Aliansi Vaper Indonesia (AVI) Johan Sumantri, menjelaskan permasalahan kesehatan yang diakibatkan konsumsi merokok merupakan tantangan yang dapat diselesaikan melalui kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait.
Dengan adanya kolaborasi lintas sektoral tersebut, diharapkan dapat mendukung penerapan pengurangan risiko di masyarakat dengan memaksimalkan produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan.
“Forum ini merupakan wujud nyata dari kepedulian kita bersama untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai konsep dan implementasi pengurangan bahaya, terutama untuk meminimalisir dampak dari kebiasaan merokok. Upaya ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, akademisi, praktisi kesehatan, konsumen dan masyarakat umum baik dari dalam maupun luar negeri,” kata Johan dalam sambutan pada acara APHRF itu dikutip Senin (22/7/2024).
Sebagai asosiasi konsumen, Johan meneruskan, AVI berkomitmen untuk memberikan informasi holistik dan akurat kepada publik, bahwa rokok elektrik dan tembakau yang dipanaskan secara khusus diperuntukkan bagi perokok dewasa berusia 18 tahun ke atas yang ingin beralih dari kebiasaan merokok.
Sebab, sampai saat ini masih terdapat penyalahgunaan di mana anak-anak di bawah usia 18 tahun mengakses dan menggunakan produk ini. Alhasil, banyak pihak yang beranggapan bahwa produk ini menyasar para generasi muda dan lebih berbahaya dari rokok. Padahal, faktanya tidak demikian.
“Melalui forum ini diharapkan makin memperjelas bahwa produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik dan tembakau yang dipanaskan dapat menjadi pilihan untuk beralih bagi perokok dewasa yang selama ini kesulitan berhenti dari kebiasaan merokok. Kami juga berharap bahwa informasi yang dipaparkan para pakar kesehatan dan akademisi dapat membantu masyarakat untuk semakin mengetahui secara utuh fakta dan kegunaan dari produk ini,” kata Johan.
Baca Juga: 19 Tips Berhenti Merokok yang Ampuh
Selain informasi yang komprehensif, perokok dewasa juga berhak mendapatkan perlakuan berbeda dalam menggunakan produk rendah risiko.
Pembedaan ini dapat dipertimbangkan dengan merujuk pada hasil kajian ilmiah Public Health England (saat ini dikenal sebagai UK Health Agency), divisi dalam Departemen Kesehatan dan Pelayanan Sosial di Inggris, bertajuk "Evidence Review of E-Cigarettes and Heated Tobacco Products" pada 2018 yang memaparkan bahwa produk tembakau alternatif memiliki profil risiko lebih rendah 90 persen-95 persen dibandingkan rokok.
“Melalui forum ini, saya berharap kita dapat memperkuat kerja sama dan sinergi antarnegara di Asia Pasifik serta membangun komitmen bersama untuk mendorong kebijakan yang berbasis pada profil risiko produk dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian permasalahan akibat merokok dapat diminimalisir melalui dukungan penuh terhadap penggunaan produk tembakau alternatif oleh perokok dewasa,” tutup Johan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Bukan Cuma Joget! Kenalan dengan 3 Influencer yang Menginspirasi Aksi Nyata untuk Lingkungan
-
Heboh! Rekening Nasabah Bobol Rp70 Miliar di BCA, OJK dan SRO Turun Tangan, Perketat Aturan!
-
Emiten Sejahtera Bintang Abadi Textile Pailit, Sahamnya Dimiliki BUMN
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
Terkini
-
Cara Cek Penerima BSU BPJS Ketenagakerjaan September 2025, Kapan Cair?
-
Dorong Ekonomi Kerakyatan, BRI Salurkan KUR Rp114,28 Triliun hingga Agustus 2025
-
Dapat Suntikan Dana dari Trump, Inggris Buka 7.500 Lowongan Kerja
-
Izin Jiwasraya Dicabut OJK, Begini Kabar Baru Nasib Nasabah Dana Pensiun
-
Update Harga Sembako Hari Ini: Bawang Merah Putih Turun, Daging Ayam Masih Mahal?
-
Capek Cetak Rekor, Harga Emas Antam Hari Ini Ambles
-
The Fed Pangkas Suku Bunga, Apa Dampaknya Terhadap Perbankan Indonesia?
-
Heboh! Rekening Nasabah Bobol Rp70 Miliar di BCA, OJK dan SRO Turun Tangan, Perketat Aturan!
-
IHSG Masih Betah Bergerak di Level 8.000 pada Awal Sesi Perdagangan Kamis
-
OJK Lakukan Investigasi Imbas Pembobolan RDN di BCA