Suara.com - Nilai tukar rupiah kembali melemah pada perdagangan sore ini, ditutup turun 26 poin ke level Rp 16.323 per USD, setelah sempat terdepresiasi hingga 50 poin dari penutupan sebelumnya di Rp16.295.
Menurut pengamat mata uang Ibrahim Assuabi, tekanan terhadap rupiah berasal dari memburuknya sentimen eksternal, terutama meningkatnya ketidakpastian arah kebijakan perdagangan Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.
"Pasar saat ini gelisah menyusul laporan Wall Street Journal yang menyebut Uni Eropa tengah menyiapkan tindakan balasan atas kebijakan tarif Trump. Hal ini membuat investor enggan mengambil risiko dan memilih aset safe haven," ujarnya dalam keterangannya, Senin (21/7/2025).
Pernyataan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick pada akhir pekan lalu yang menegaskan bahwa 1 Agustus merupakan tenggat waktu ketat pemberlakuan tarif antara 20 hingga 50 persen terhadap negara-negara ekonomi utama, turut menambah tekanan pada mata uang pasar berkembang, termasuk rupiah.
Terlebih lagi, Lutnick juga menekankan bahwa meskipun negosiasi tetap terbuka, AS akan tetap memulai penarikan tarif pada tanggal tersebut.
Di sisi lain, tensi geopolitik pun meningkat setelah Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap pembeli ekspor Rusia jika Moskow tidak menyetujui kesepakatan damai dalam 50 hari. Ketegangan global yang membesar ini menambah ketidakpastian yang membebani pasar keuangan dunia.
Kondisi politik di Asia juga tidak memberikan dukungan berarti. Hasil pemilu majelis tinggi Jepang yang digelar akhir pekan lalu menunjukkan bahwa Partai Demokrat Liberal (LDP) kehilangan mayoritas di parlemen, hanya meraih 47 dari 248 kursi. Hal ini memunculkan keraguan atas stabilitas pemerintahan Perdana Menteri Shigeru Ishiba, yang juga menghadapi tekanan terkait negosiasi dagang dengan AS.
Sementara dari dalam negeri, kondisi ekonomi masih dibayangi oleh lambatnya realisasi belanja pemerintah. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2025 diperkirakan tidak jauh berbeda dari kuartal sebelumnya yang tercatat 4,87 persen secara tahunan, meskipun periode tersebut mencakup musim libur sekolah.
Konsumsi rumah tangga yang menyumbang lebih dari 54 persen terhadap PDB, hanya tumbuh 4,89 persen YoY, sedangkan konsumsi pemerintah justru terkontraksi 1,38 persen.
Baca Juga: Bos BI Ramal Kondisi Rupiah Bakal Lebih Stabil, Ini Strategi Rahasianya?
"Pemerintah memang telah membuka blokir anggaran senilai Rp 134,9 triliun hingga akhir Juni, namun serapannya masih belum optimal. Dari total pagu belanja negara Rp 3.621,3 triliun, realisasinya baru mencapai Rp 1.406 triliun atau sekitar 38,8 persen," jelas Ibrahim.
Upaya stimulus seperti diskon transportasi, bantuan subsidi upah (BSU), hingga tambahan bantuan pangan dengan total nilai Rp 24,4 triliun, memang telah digelontorkan pada akhir kuartal II.
Namun dampaknya belum terasa maksimal terhadap perputaran ekonomi jangka pendek, terutama karena cakupannya terbatas pada segmen calon kelas menengah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Industri Pindar Tumbuh 22,16 Persen, Tapi Hadapi Tantangan Berat
-
Perilaku Konsumen RI Berubah, Kini Maunya Serba Digital
-
Bagaimana Digitalisasi Mengubah Layanan Pertamina
-
Memahami Pergerakan Harga Bitcoin, Analisis Teknikal Sudah Cukup?
-
BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
-
BCA Kembali Menjadi Juara Umum Annual Report Award, Diikuti BCA Syariah pada Klaster Rp1 Triliun
-
ESDM: Rusia-Kanada Mau Bantu RI Bangun Pembakit Listrik Tenaga Nuklir
-
Bos Lippo Ungkap 5 Modal Indonesia Hadapi Ketidakpastian Global 2026
-
Purbaya Larang Bea Cukai Sumbangkan Pakaian Bekas Hasil Sitaan ke Korban Banjir Sumatra
-
Purbaya Sewot Teknologi AI Bea Cukai Dibandingkan dengan Milik Kemenkes: Tersinggung Gue!