- Sejumlah ekonom mendesak agar pemerintah segera melakukan koreksi kebijakan ekonomi.
- Kebijakan yang ada saat ini tidak berpihak pada masyarakat kelas menengah bawah.
- Membatalkan kebijakan pajak di tingkat pusat dan daerah yang memberatkan kelompok menengah bawah.
Suara.com - Gelombang unjuk rasa dan keresahan publik yang meluas menjadi sinyal bahaya bagi pemerintah. Sejumlah ekonom mendesak agar pemerintah segera melakukan koreksi kebijakan ekonomi secara konkret, terutama pada sektor fiskal dan alokasi belanja negara.
Mereka menilai, kebijakan yang ada saat ini tidak berpihak pada masyarakat kelas menengah bawah dan justru membebani keuangan negara.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Muhammad Faisal, menegaskan ada tiga langkah mendesak yang harus segera dilakukan untuk meredam ketidakpuasan publik.
"Ketidakpuasan masyarakat tidak bisa dibiarkan. Pemerintah harus segera melakukan langkah koreksi yang konkret," kata Faisal dalam diskusi virtual, Senin (1/9/2025).
Faisal merinci, tiga langkah koreksi yang paling krusial adalah dengan membatalkan kebijakan pajak di tingkat pusat dan daerah yang memberatkan kelompok menengah bawah. Merevisi pemotongan transfer ke daerah yang memicu lonjakan pajak-pajak baru di tingkat lokal.
Mengubah strategi belanja negara yang dianggap tidak produktif, seperti fasilitas untuk pejabat atau pembentukan lembaga baru yang tidak esensial.
Menurutnya, belanja negara dan insentif fiskal seharusnya difokuskan pada program yang menciptakan lapangan kerja masif dan pengentasan kemiskinan, bukan hanya sekadar bantuan sosial (bansos) yang tidak menyentuh akar masalah.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Esther Sri Astuti, menyoroti struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang tidak sehat. Ia memaparkan bahwa porsi belanja modal lebih kecil dibandingkan belanja rutin, seperti gaji pegawai dan pembayaran utang.
"Pada 2025, kewajiban utang pemerintah jatuh tempo mencapai Rp800,33 triliun, ditambah bunga utang hingga total Rp1.353,18 triliun. Di sisi lain, penerimaan pajak melambat," kata Esther.
Baca Juga: Demo Meluas Bukan karena Asing, Tapi Masalah Perut!
Untuk mengatasi ini, Esther mendesak agar anggaran untuk kebutuhan tidak mendesak, seperti penambahan pejabat, lembaga baru, dan belanja militer, segera dipangkas. Dana tersebut, menurutnya, harus dialihkan ke sektor riil yang mampu menyerap tenaga kerja, serta bidang prioritas seperti pendidikan, kesehatan, dan pangan.
INDEF juga merekomendasikan pajak kekayaan bagi kelompok superkaya sebagai instrumen subsidi silang untuk mengurangi beban masyarakat. Jika koreksi kebijakan ini tidak segera dilakukan, jurang ketimpangan akan semakin melebar dan menggerus kepercayaan publik terhadap pemerintah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
Terkini
-
Komitmen Perkuat Ekonomi Rakyat, Bank Mandiri Bimbing PMI Jepang Jadi Wirausaha di Negeri Sendiri
-
ESDM: Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bukan Harga Mati untuk Transisi Energi
-
Empowering Indonesia Report 2025: AI Berdaulat Jadi Fondasi Pertumbuhan Menuju Indonesia Emas 2045
-
BSI Siapkan 5 Strategi UMKM Naik Kelas
-
Laba PTPP Anjlok 97 Persen, Fokus Transisi ke Konstruksi Hijau dan Efisiensi Beban
-
Pantau Bansos PKH-BPNT 2025 Lewat SIKS-NG: Cek Status dan Pencairan Dana Kemensos
-
Jaga Harga Bahan Pokok, BI Terus Tingkatkan Ketahanan Pangan
-
Rupiah Mulai Bangkit Lawan Dolar Amerika
-
Emas Antam Runtuh, Hari ini Harganya Lebih Murah Jadi Rp 2.287.000 per Gram
-
Rokok Ilegal Ancam APBN, Ekonom Ingatkan Pengawasan Ketat di Tengah Jeda Kenaikan Cukai