- Pembayaran dengan sistem COD justru meningkat di era digital.
- Rasa aman saat bertransaksi menjadi salah satu alasan sistem ini masih disukai.
- Faktanya, lebih dari 90 persen transaksi di berbagai platform daring masih menggunakan COD.
Suara.com - Di era serba digital, metode pembayaran Cash on Delivery (COD) bukannya lenyap, malah makin menggila. Di tengah gempuran dompet digital, jutaan konsumen di Indonesia tetap setia dengan metode ini.
Alasannya sederhana yakni rasa aman. Pembayaran baru dilakukan setelah barang sampai di tangan. Namun, di balik kemudahannya, COD menyimpan dilema yang pelik bagi penjual.
Menurut Yudha Trisna, CEO Lincah.id, COD bukanlah hambatan, melainkan tantangan yang harus dikelola dengan cerdas. Ia mengakui, meskipun COD membuka pintu bagi konsumen yang tak punya akses ke layanan perbankan, metode ini seringkali menjadi mimpi buruk bagi penjual.
Faktanya, lebih dari 90 persen transaksi di berbagai platform daring masih menggunakan COD. Angka ini mencerminkan betapa vitalnya peran metode ini dalam ekosistem e-commerce. Namun, angka kerugian yang menyertainya juga tak bisa dianggap remeh.
"Angka kejadian pembeli iseng ini cukup tinggi, mencapai sekitar 25 persen dari seluruh transaksi," kata Yudha. Order fiktif dan penolakan barang menjadi dua masalah utama yang sering dihadapi kurir dan penjual. Akibatnya, biaya operasional dan kerugian akibat retur membengkak, terutama bagi pelaku usaha kecil.
Fatur Huda, seorang penjual skincare dari Surabaya, merasakan langsung dilema ini. Ia mengakui 99% transaksinya kini pakai COD dan menyumbang pendapatan besar bagi tokonya. "Banyak konsumen baru yang akhirnya berani belanja karena adanya opsi COD," ujarnya. Namun, ia juga mengakui banyaknya kendala yang muncul.
Sebagai agregator logistik, Lincah.id mencoba menghadirkan solusi untuk menjawab masalah ini. Dengan teknologi seperti fraud detection dan kurir scoring, Lincah.id berupaya meminimalkan risiko bagi penjual dan kurir. Laporan waktu nyata (real-time) juga membantu penjual memantau status pengiriman.
"Sampai saat ini belum ada solusi dari platform. Sekarang dengan adanya agregator Lincah, bisa memberikan solusi yang aman bagi seller," kata Fatur.
Baca Juga: Dompet Digital Besutan Astra Catat Transaksi Rp131 Triliun Hingga Semester I 2025
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
Mentan Amran Lepas 207 Truk Logistik ke Sumatra, Angkut Migor, Susu Hingga Beras
-
Pertamina: Operasional SPBU Bertahap Mulai Normal Pascabencana di Sumatera
-
Kriteria yang Tidak Layak Menerima Bantuan Meski Terdaftar di DTSEN
-
Dana P2P Lending PT Dana Syariah Indonesia Cuma 0,2 Persen, Tata Kola Semrawut?
-
Diversifikasi Bisa Jadi Solusi Ketahanan Pangan, Kurangi Ketergantungan Luar Daerah
-
Dasco Bocorkan Pesan Presiden Prabowo: Soal UMP 2026, Serahkan pada Saya
-
Pertamina Pasok 100.000 Barel BBM untuk SPBU Shell
-
Bitcoin Banyak Dipakai Pembayaran Global, Kalahkan Mastercard dan Visa
-
Purbaya Mau Ubah Skema Distribusi Subsidi, Ini kata ESDM
-
Menkeu Purbaya Pertimbangkan Tambah Anggaran TKD ke Pemda 2026, Ini Syaratnya