Suara.com - Selama ini, proyek restorasi hutan sering dianggap lebih menarik bagi investor dibandingkan upaya menjaga ekosistem yang masih utuh. Padahal, para ahli ekonomi dan lingkungan sepakat bahwa melindungi hutan yang sudah ada sama pentingnya dengan memulihkan yang rusak.
Namun, bagaimana cara membuat perlindungan ekosistem menjadi "seksi" di mata investor?
Damayanti Ratunanda, Direktur Penyaluran Dana BPDLH, memperkenalkan skema pendanaan inovatif yang memadukan ekonomi dan konservasi. Salah satunya adalah program Fasilitas Dana Bergulir Tunda Tebang.
"Pohon bisa menjadi jaminan, tetapi tetap harus dijaga. Skema ini bukan hanya mendukung usaha produktif, tapi juga memastikan kelestarian hutan," ujar Damayanti dalam diskusi publik bertajuk “Green Resilience by Protection: Unlocking Ecosystem-Based Financing to Secure Indonesia’s Living Ecoscapes” beberapa waktu lalu.
Melalui skema ini, BPDLH berupaya menjembatani masyarakat agar lebih mudah mengakses pembiayaan, dengan syarat pohon milik petani tidak boleh ditebang. Ini adalah cara cerdas untuk memberi nilai ekonomi pada pohon yang masih berdiri, mengubahnya dari aset yang harus ditebang menjadi jaminan finansial.
Desta Pratama, Direktur CSF Indonesia, menambahkan perspektif menarik bahwa masyarakat adat yang menjaga hutan seringkali memiliki tingkat kesejahteraan lebih tinggi. Menurutnya, ini karena mereka mampu mengelola hutan secara berkelanjutan.
"Tanah yang dijaga dan dikelola secara adat memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Salah satu syaratnya, property rights harus ada di tangan masyarakat adat," kata Desta. Ia menekankan, kepastian hak atas lahan akan mendorong masyarakat untuk menyusun strategi pengelolaan berbasis komunitas yang bisa menjadi landasan bagi investasi berbasis proteksi.
Dari sudut pandang investor, Saskia Tjokro, Direktur ANGIN Advisory, menegaskan bahwa uang hanyalah alat. Ia mendorong investor untuk tidak hanya mengejar keuntungan finansial, tetapi juga dampak jangka panjang. "UMKM di sekitar hutan seringkali minim akses modal dan pengetahuan, padahal merekalah penopang utama ekosistem ekonomi di kawasan tersebut," ujarnya.
Thomas Veriasa, Direktur Eksekutif LATIN, menutup diskusi dengan pesan tajam: "Kalau bekerja dengan masyarakat jangan coba-coba, karena mereka bukan tempat uji coba." Ia menekankan bahwa keterlibatan masyarakat adalah syarat mutlak, dan komitmen jangka panjang adalah kunci keberhasilan.
Baca Juga: Terinspirasi Kampung Adat Kuta, Raja Juli Bentuk Tim Super untuk Kepastian Hukum Hutan Adat
Sebagai bukti, ia menyebutkan bahwa dengan social engineering yang baik, tingkat kegagalan penanaman pohon bisa ditekan hingga hanya 3%. Ini membuktikan bahwa investasi yang mengutamakan keberpihakan pada masyarakat akan memberikan hasil yang jauh lebih optimal.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Kenapa Proyek Jalan Trans Halmahera Disebut Hanya Untungkan Korporasi Tambang?
-
Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat
-
Sambut Bryan Adams Live in Jakarta 2026, BRI Sediakan Tiket Eksklusif Lewat BRImo
-
Proyek Waste to Energy Jangan Hanya Akal-akalan dan Timbulkan Masalah Baru
-
Geger Fraud Rp30 Miliar di Maybank Hingga Nasabah Meninggal Dunia, OJK: Kejadian Serius!
-
Laba PT Timah Anjlok 33 Persen di Kuartal III 2025
-
Kala Purbaya Ingin Rakyat Kaya
-
Didesak Pensiun, Ini Daftar 20 PLTU Paling Berbahaya di Indonesia
-
IHSG Berakhir Merosot Dipicu Aksi Jual Bersih Asing
-
Riset: Penundaan Suntik Mati PLTU Justru Bahayakan 156 Ribu Jiwa dan Rugikan Negara Rp 1,822 T