Suara.com - Dalam upaya mempercepat terwujudnya Swasembada Pangan, Energi, dan Air sebagaimana arahan Presiden sesuai yang tertuang dalam Inpres Nomor 14 Tahun 2025, pemerintah terus mendorong pembangunan pertanian di berbagai daerah potensial. Salah satu wilayah yang menjadi fokus program strategis ini adalah Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
Kabupaten Tanah Laut memiliki potensi lahan yang sangat luas, namun sebagian besar belum termanfaatkan secara optimal. Melihat peluang besar ini, pemerintah pusat menggulirkan program cetak sawah seluas 30.000 hektare di Kalimantan Selatan, di mana 4.056 hektare di antaranya berlokasi di Kabupaten Tanah Laut. Melalui program ini, lahan-lahan tidur diharapkan dapat diubah menjadi lahan produktif yang siap ditanami padi dengan dukungan mekanisasi pertanian modern.
Kebutuhan akan program cetak sawah di Tanah Laut menjadi semakin mendesak seiring meningkatnya alih fungsi dan alih komoditas lahan setiap tahun. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya luas sawah produktif di wilayah tersebut. Saat ini, luas baku sawah Tanah Laut mencapai 27.115 hektare, dengan Indeks Pertanaman (IP) padi yang masih di bawah 200. Melalui kegiatan Cetak Sawah Rakyat, pemerintah menargetkan peningkatan IP agar lahan dapat dimanfaatkan secara lebih intensif dan berkelanjutan.
Sebagai bentuk dukungan konkret, di Kabupaten Tanah Laut telah disalurkan 693 unit alat dan mesin pertanian (alsintan) pra panen yang terdiri dari traktor roda dua dan empat, traktor crawler, rice transplanter, pompa air, hingga handsprayer. Kehadiran alsintan ini diharapkan mampu mempercepat proses pengolahan lahan, menghemat tenaga kerja, serta meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian.
Sekretaris Direktorat Jenderal Prasaran dan Sarana Pertanian (Sesditjen PSP) sekaligus Penanggung Jawab kegiatan akselerasi swasembada pangan wilayah Kalimantan Selatan Mulyono mengungkapkan bahwa mekanisasi adalah kebutuhan mendesak dalam sistem pertanian modern, terutama di daerah dengan potensi lahan yang luas seperti Tanah Laut.
“Mekanisasi pertanian adalah kunci keberlanjutan. Dengan keterbatasan sumber daya manusia dan luasnya lahan di Tanah Laut, penggunaan alsintan menjadi solusi yang tidak bisa ditunda. Tanpa mekanisasi, mustahil kita bisa menjaga produktivitas secara berkelanjutan,” tegas Mulyono, Kamis (16/10/2025).
Selain dukungan alsintan, pemerintah juga memperkuat kelembagaan petani agar lahan hasil cetak sawah dapat dikelola secara efisien dan berkesinambungan. Melalui wadah seperti Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), dan Brigade Pangan, petani didorong untuk mengelola alsintan secara kolektif sehingga pemanfaatan alat lebih optimal dan berkelanjutan dari musim ke musim.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman pada kesempatan sebelumnya menegaskan komitmen pemerintah untuk mempercepat terwujudnya swasembada pangan nasional. Ia menilai program cetak sawah dan optimasi lahan sebagai langkah strategis memperkuat ketahanan pangan jangka panjang terutama pada wilayah-wilayah yang memiliki potensi besar.
“Kita menargetkan Indonesia kembali swasembada pangan dalam waktu dekat. Daerah harus menjadi motor penggerak. Kalau optimalisasi dan cetak sawah berjalan bertahap selama tiga tahun, swasembada yang kita capai nanti akan berkelanjutan,” ujar Mentan Amran.
Baca Juga: Setahun Pemerintahan Presiden Prabowo, DPR Sebut Kebijakan Pangan Arahnya Tepat Sejahterakan Petani
Dengan sinergi antara program cetak sawah, mekanisasi modern, dan kelembagaan petani yang kuat, Kabupaten Tanah Laut diharapkan menjadi model pertanian berkelanjutan di Kalimantan Selatan pertanian yang produktif, efisien, dan berdaya saing untuk mendukung terwujudnya swasembada pangan Indonesia.***
Berita Terkait
-
Setahun Pemerintahan Presiden Prabowo, DPR Sebut Kebijakan Pangan Arahnya Tepat Sejahterakan Petani
-
Kinerja Kementan Bikin Publik Optimis Pangan Nasional Aman, Swasembada di Depan Mata
-
Litbang Kompas: Masyarakat Puas dengan Kinerja Kementan, Produksi Meningkat, Stok Beras Berlimpah
-
Berdasar Survei Litbang Kompas, 71,5 Persen Publik Puas dengan Kinerja Kementan
-
Percepat Swasembada Pangan, Mentan Pastikan Indonesia Siap Hentikan Impor Beras
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- 5 Sepatu Nineten Terbaik untuk Lari, Harga Terjangkau Mulai Rp300 Ribu
Pilihan
-
IHSG Rebound Fantastis di Sesi Pertama 16 Oktober 2025, Tembus Level 8.125
-
Dipecat PSSI, Ini 3 Pekerjaan Baru yang Cocok untuk Patrick Kluivert
-
4 Fakta Radiasi Cs-137 PT PMT Cikande: Pemilik Diduga WNA Kabur ke Luar Negeri?
-
Harga Emas Melonjak! Antam Tembus Level Rp 2.622.000 di Pegadaian, UBS Ikut Naik
-
Purbaya Mau Turunkan Tarif PPN, Tapi Dengan Syarat Ini
Terkini
-
Kepemilikan Bitcoin Korporat Meledak 40 Persen, Sentuh Rekor US$117 Miliar
-
Danantara Ungkap Alasan Enggan Siram Duit di Pasar Saham Indonesia
-
NHM Gelar Simulasi Tanggap Darurat Karhutla, Perkuat Kesiapsiagaan di Tambang Indonesia Timur
-
Dari Ruang Kelas ke Lapangan: NHM Siapkan Talenta Tambang Masa Depan dari Halmahera Utara
-
BRI Dukung UMKM dan Program 3 Juta Rumah Lewat KPP serta KPR FLPP
-
Prabowo Minta Bos Danantara Rampingkan Perusahaan BUMN Hanya Jadi 200
-
Setahun Pemerintahan Presiden Prabowo, DPR Sebut Kebijakan Pangan Arahnya Tepat Sejahterakan Petani
-
Inovasi Sampah Sawit BWPT Kalahkan Raksasa Global Tesco Hingga Lenovo di New York
-
Panasonic Water Purification System: Solusi Air Bersih Buat Keluarga Kekinian
-
IHSG Rebound Fantastis di Sesi Pertama 16 Oktober 2025, Tembus Level 8.125