- PT Freeport Indonesia memproyeksikan setoran ke negara sebesar USD 4,1 miliar pada tahun 2025 meskipun produksi di bawah target RKAB.
- Kenaikan signifikan harga jual tembaga dan emas menaikkan pendapatan meskipun volume produksi tembaga hanya 70 persen dan emas 50 persen.
- Penerimaan negara tersebut meliputi pajak penghasilan badan, PNBP, dividen, serta cicilan pajak badan tahun 2024.
Suara.com - PT Freeport Indonesia (PTFI) mengaku bisa menyetor dana ke negara sebesar USD 4,1 miliar atau setara Rp 70 triliun di tahun 2025. Padahal, produksi emas maupun tembaga diproyeksikan perusahaan bakal jauh dari target Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB).
Direktur Utama PT Freeport Indonesia, Tony Wenas mengungkapkan, setoran penerimaan negara itu imbas dari kenaikan harga baik dari tembaga dan emas.
Ia memaparkan, pada tembaga meski produksinya diproyeksikan hanya 70 persen, tetapi harga jualnya telah naik 19 persen dari RKAB dari USD 3,75 per lb menjadi USD 4,46 per lb.
"Sehingga proyeksi pencapaian penjualan tembaga itu, walaupun produksinya turun, tapi pendapatannya naik. Jadi kalau kita lihat tadi di atas produksi kita hanya 70 persen untuk tembaga, tapi pendapatannya bisa naik 19 persen, 119 persen totalnya," ujar Tony dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (24/11/2025).
Begitu juga dengan harga emas, ia menuturkan ada lonjakan hingga 80 persen dari USD 1.900 per ounce menjadi USD 3.426 per ounce.
Hal ini, yang membuat pendapatan dari penjualan emas meroket drastis, meski capaian produksinya hanya mencapai 50 persen tahun 2025.
"Di RKAB kami, itu proyeksi harganya USD 1.900 per ounce. Harga saat ini itu sementara sudah USD 4.300, tapi di proyeksi pada saat kami lakukan disemat waktu kedua itu harganya masih USD 3.000. Ini realisasinya USD 3.400 dolar per ounce. Sehingga kenaikan pendapatannya malah tinggi sekitar 80 persen, padahal produksinya berkurang hampir separuhnya," ucapnya.
Tony menegaskan, penerimaan negara yang disetor Freeport berasal dari pajak penghasilan badan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), serta dividen. Sehingga, jika ditotal jumlahnya diprediksi bisa mencapai USD 4,1 miliar.
"Ini juga ada faktor lain yaitu faktor cicilan atau installment pajak perseroan badan, pajak penghasilan badan, yang harus kami bayarkan berdasarkan hasil di tahun 2024. Ini akan terus kita bayarkan sampai akhir tahun, makanya memang angkanya lebih dari RKAB 2025 karena faktor-faktor tadi tersebut," imbuhnya.
Baca Juga: Hanya Produksi 2 Tambang, Produksi Emas Freeport di 2025 Meleset 50 Persen dari Target
Produksi Emas Anjlok
Tony emaparkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) perusahaan mematok produksi emas sebesar 67 ton.
Namun, setelah adanya insiden tersebut, perusahaan menurunkan target dengan proyeksi produksi hanya 33 ton. Jumlah ini turun hingga 50 persen dari target RKAB.
"Namun, dengan adanya insiden di mana kita berhenti, insiden di tanggal 8 September, yaitu insiden luncuran material basah di tambang, menyebabkan kami hentikan semua produksi di tambang bawah tanah," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Mobil Terbaik untuk Lansia: Fitur Canggih, Keamanan dan Kenyamanan Optimal
- 10 Mobil Mini Bekas 50 Jutaan untuk Anak Muda, Sporty dan Mudah Dikendarai
- 5 Tablet RAM 8 GB Paling Murah yang Cocok untuk Multitasking dan Berbagai Kebutuhan
- 6 Motor Paling Nyaman untuk Boncengan, Cocok buat Jalan Jauh Maupun Harian
- Jesus Casas dan Timur Kapadze Terancam Didepak dari Bursa Pelatih Timnas Indonesia
Pilihan
-
OJK Lapor Bunga Kredit Perbankan Sudah Turun, Cek Rinciannya
-
Profil PT Abadi Lestari Indonesia (RLCO): Saham IPO, Keuangan, dan Prospek Bisnis
-
Profil Hans Patuwo, CEO Baru GOTO Pengganti Patrick Walujo
-
Potret Victor Hartono Bos Como 1907 Bawa 52 Orang ke Italia Nonton Juventus
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
Terkini
-
BJA Group Telah Ekspor 530 Ribu Ton Bahan Baku EBT Biomassa Senilai USD 74,12 Juta
-
Zinc Mengandung Bahan Radioaktif Kembali Dicegat di Tanjung Priok
-
IMF Puji Perekonomian Indonesia, Rupiah Ditutup Menguat Senin Sore
-
SPBU Vivo Kembali Jual Bensin, Harga Revvo 92 Turun
-
Hampir 50 Persen Kebutuhan BBM Nasional Berasal dari Impor
-
Prospektus PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO): Detail IPO dan Jadwal
-
Saham RLCO: Harga Berkisar Rp160, Dana IPO Mau Dipakai Apa?
-
Kenapa Emas Batangan Lebih Mahal dari Emas Perhiasan? Pahami sebelum Mulai Investasi
-
Beli Base Fuel dari Pertamina, Sebentar Lagi Stok BBM Vivo Tersedia
-
OJK Lapor Bunga Kredit Perbankan Sudah Turun, Cek Rinciannya