Suara.com - Sejak diadakan penghargaan Ballon d’Or selalu dimenangkan oleh pemain yang berposisi gelandang atau penyerang. Namun, seorang kiper pernah merengkuh gelar individu tertinggi itu, yakni Lev Yashin.
Lev Yashin merupakan satu-satunya kiper peraih Ballon d’Or hingga saat ini. Penghargaan tersebut didapatkannya pada tahun 1963 silam.
Pria yang telah berpulang pada tahun 1990 silam tersebut dikenal banyak orang sebagai kiper terbaik sepanjang masa. Bahkan, Yashin mendapat julukan Black Spider dan Black Panther karena kecekatannya.
Sepanjang kariernya bermain, pria asal Rusia ini telah meraih beragam prestasi individu yang membanggakan di dunia sepak bola.
Selain Ballon d’Or, Lev Yashin tercatat sebagai kiper terbaik Eropa sebanyak sembilan kali dan masuk dalam tim terbaik Piala Dunia serta menjadi kiper terbaik FIFA di abad ke-20.
Penghargaan itu diberikan sebagai gambaran akan sepak terjangnya di bawah mistar gawang. Diketahui, Yashin bermain sebanyak 812 kali.
Dari jumlah penampilan tersebut, diperkirakan ia telah melakukan penyelamatan penalti sebanyak 150 kali sepanjang kariernya itu.
Ditambah lagi Yashin mencetak 270 cleans sheets atau nirbobol sepanjang kariernya baik di level klub maupun Timnas Uni Soviet.
Lantas, bagaimana kisah perjalanan Lev Yashin sehingga menjadi kiper terbaik dunia abad ke-20? Berikut profil dan perjalanan kariernya.
Baca Juga: Rebut Piala Super Eropa Bersama Chelsea, Jorginho Mulai Kepikiran Ballon d'Or
Profil Lev Yashin
Lev Yashin lahir di Moskow pada 22 Oktober 1929 dari keluarga pekerja. Lahir di awal abad ke-20, ia pun harus merasakan perang di mana ia bekerja di pabrik untuk mendukung peperangan pada usia 12 tahun.
Karena perang itu pula, pada usia 18 tahun Yashin menderita Mental Breakdown yang membuatnya mudah gugup sehingga harus berhenti bekerja. Setelahnya, ia pun mulai menggeluti sepak bola dengan bergabung tim di pabrik tersebut.
Dari sana, pemandu bakat Dynamo Moscow menemukannya dan membawanya untuk bergabung ke tim akademi. Sayangnya, debutnya di laga persahabatan berbuah petaka karena ia gugup sehingga kebobolan gol.
karena kegugupan itu, Yashin pun harus rela tiga tahun kariernya di sepak bola terbuang sia-sia sehingga ia banting setir menjadi pemain Hockey dari tim Dynamo Moscow.
Kariernya di Hockey tak berlangsung lama. Seiring kepergian Valter Sanaya dan Alexei Khomich, Yashin kembali ke tim sepak bola Dynamo Moscow dan mulai serius menggeluti dunia sepak bola di tahun 1954.
Yashin pun tak lagi gugup atau grogi di bawah mistar gawang. Pasalnya, ia punya cara jitu menangkis rasa gugupnya saat bertanding.
“Triknya adalah menghisap sebatang rokok untuk menenangkan saraf Anda dan kemudian meneguk minuman keras untuk mengencangkan otot Anda,” jawab Yashin dikutip dari laman Planet Football.
Karier cemerlangnya di awal membela Dynamo Moscow membuat Yashin dipanggil ke tim nasional Rusia (dulunya USSR) di mana pada tahun 1956 ia memenangkan Olimpiade musim panas dan trofi Euro di tahun 1960.
Kegemilangannya berlanjut di Piala Dunia di mana Yashin tampil di tiga edisi yakni 1958, 1962 dan 1966 dengan tampil sebanyak 12 laga dan mencetak empat clean sheets.
Sedangkan kariernya di Dynamo Moscow berjalan begitu mulus di mana ia meraih berbagai titel domestik bergengsi selama 20 tahun di klub tersebut.
Satu hal yang membuat Yashin begitu dikenang adalah caranya dalam menjaga gawangnya. Ia dikenal tak takut berduel dengan lawan. Sebagai catatan, kala itu posisi kiper tak seperti saat ini yang sangat diproteksi oleh wasit.
Yashin memulai tradisi kiper berani keluar dari sarangnya untuk meninju bola ketimbang menangkapnya. Ia pun juga memulai tradisi kiper sebagai awal serangan dengan mendistribusikan bola lewat lemparan ketimbang menendangnya sekuat tenaga.
Yashin juga dianggap sosok yang mengawali kiper harus vokal dalam mengatur pertahanan di mana kala itu kehadiran kiper hanya dianggap sebagai pengawal gawang semata.
Karena rekam jejaknya dan pengaruhnya itu pula, namanya abadi sebagai penghargaan kiper terbaik yang bernama ‘Yashin Trophy’.
Kontributor: Zulfikar Pamungkas
Berita Terkait
-
Sesumbar Lamine Yamal: Kalau Gagal Menang Ballon d'Or, Berarti Saya Belum Mau
-
Lamine Yamal Berambisi Menangkan Banyak Ballon d'Or
-
Gol Salto Ramang di Kualifikasi Piala Dunia: Sejarah yang Dihapus Politik
-
Ronaldo Sebut Ballon d'Or Fiksi, Sudah Tak Percaya Sejak Vinicius Dikalahkan Rodri
-
Gabung Sassuolo, Jay Idzes Langsung Lawan Calon Peraih Ballon d'Or 2025
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Prediksi Alan Shearer: MU vs Chelsea Panas, Arsenal Tahan Man City?
-
Jelang Lawan Chelsea, Manchester United Dapat Suntikan Tenaga Baru
-
Arne Slot Masih Bungkam, Alexander Isak Turun di Derby Merseyside?
-
Kontrak Mandek, Tak Masuk Skuat, Mees Hilgers Makan Gaji Buta?
-
Messi, Neymar, Yamal? Semua Disebut Mirip JJ Gabriel, Anak Ajaib Manchester United
-
3 Pemain Arab Saudi yang Wajib Diwaspadai Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Prahara Klub Kevin Diks: Jalan Borussia Milik Roland Virkus Dipertanyakan
-
Football Institute Rilis Survei Kepuasan Suporter dengan PSSI Erick Thohir, Hasilnya Bikin Kaget
-
Phil Foden: Napoli Tim Menyebalkan, De Bruyne Tetap Raja Etihad
-
Bau Busuk Ma Ning Wasit Timnas Indonesia vs Irak: Daftar Hitam PSSI-nya China