Suara.com - Calon Direktur Teknis atau Dirtek PSSI yang juga Legenda sepak bola Belanda keturunan Maluku mengunjungi Ambon. Begitu mendarat di Ambon, Simon Tahamata langsung curhat prihatin apa yang dia lihat.
Kejadian itu pada 2010 lalu. Simon Tahamata menyatakan keprihatinannya karena Persatuan Sepakbola Ambon (PSA) tidak aktif lagi.
Diberitakan Antara saat itu, Simon Tahamata mengatakan pembinaan pemain muda sangat penting.
"Beta prihatin karena pastinya pembinaan kepada pemain yunior kurang optimal dengan dampak pesepaklbola dari Ambon tidak bisa mengikuti kompetisi di Liga Indonesia sebagaimana jadwal PSSI," katanya, di Ambon pada 15 November 2010 lalu.
"Beta dengar (cerita) PSA cukup disegani dalam kiprah sepakbola nasional dan bila saat ini tidak aktif lagi itu sangat disayangkan," katanya saat itu.
"Sekiranya pengurus saja tidak ada, maka pastinya pembinaan berjalan kurang optimal di masing - masing klub," katanya.
Simon Tahamata lahir di Vught, Belanda, pada 26 Mei 1956.
Berasal dari keluarga keturunan Maluku, latar belakangnya tak lepas dari sejarah kolonialisme, di mana sang ayah disebut-sebut pernah menjadi bagian dari Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL), pasukan militer Hindia Belanda.
Sejak kecil, Simon sudah menunjukkan ketertarikannya pada dunia sepak bola.
Baca Juga: Berat! Pundak Ole Romeny Bawa Harapan Beban Loloskan Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2025
Ia mengawali perjalanan sebagai pemain di TSV Theole sebelum akhirnya bergabung dengan akademi junior Ajax pada tahun 1971.
Bakatnya yang cemerlang membuatnya berhasil menembus tim utama Ajax pada musim 1975-1976, dan ia bertahan di sana hingga 1980.
Setelah meninggalkan Ajax, kariernya terus melaju dengan bergabung ke beberapa klub ternama, seperti Standard Liege, Feyenoord, VAC Beerschot, dan Germinal Ekeren.
Perjalanan panjangnya sebagai pemain profesional berakhir pada tahun 1996, menandai awal transisinya ke dunia kepelatihan.
Usai gantung sepatu, Simon langsung melanjutkan karier sebagai pelatih dengan menangani tim junior Standard Liege dari 1996 hingga 2000.
Setelah itu, ia melanjutkan pengalamannya bersama Germinal hingga 2004. Kesuksesannya dalam membina pemain muda membawanya kembali ke Ajax, klub yang telah membesarkan namanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Berapa Tarif Hotman Paris yang Jadi Pengacara Nadiem Makarim?
- Upgrade Karyamu! Trik Cepat Bikin Plat Nama 3D Realistis di Foto Miniatur AI
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Pelatih Irak Soroti Kerugian Timnas Indonesia Jelang Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 6 Cara Buat Foto Miniatur Motor dan Mobil Ala BANDAI dengan AI yang Viral di Medsos!
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Rp 2 Jutaan Terbaik September 2025
-
Perbandingan Spesifikasi Redmi 15C vs Redmi 14C, Bagus Mana?
-
E-Commerce RI Dikuasai 4 Raksasa, Menko Airlangga Minta Mendag Perhatikan Platform Kecil
-
Kim Jong Kook Menikah Diam-Diam! Netizen Cari Identitas Istrinya yang Masih Misterius
-
Usai Habiskan Rp13 T Demi Bangun Bandara Dhoho Kediri, Kini Gudang Garam PHK Massal Buruh Pabriknya
Terkini
-
Sinyal Bahaya Timnas Indonesia, Arab Saudi dan Irak Raih Hasil Positif di FIFA Matchday
-
Kursus Lisensi Pelatih A AFC, Achmad Jufriyanto Punya Tugas Ganda di Persib Bandung
-
Menunggu Racikan Pamungkas Kluivert di Timnas Indonesia vs Lebanon, Bule Depok Kembali Starter?
-
Bukan Kaleng-kaleng! 3 Monster Lebanon Senilai Rp106 Miliar Siap Teror Gawang Timnas Indonesia
-
Perbandingan Harga Pasaran Pemain Timnas Indonesia vs Lebanon, Siapa Paling Mahal?
-
Miliano Jonathans Ungkap Alasan Pilih Timnas Indonesia Ketimbang Belanda
-
Timnas Indonesia Vs Lebanon, Pelatih Persija Punya Harapan untuk Rizky Ridho dan Jordi Amat
-
Bek Persib Bandung Kartu Merah Lawan Thailand, Absen Lawan Timnas Indonesia?
-
2 Pemain Irak Dapat Kartu Merah Lawan Thailand, Bakal Absen Hadapi Timnas Indonesia?
-
Adu Karier Marselino Ferdinan vs Beckham Putra, Dua Bintang Muda Timnas Indonesia