Suara.com - Timnas Putri Indonesia memulai kiprah di Piala AFF Putri 2025 dengan hasil yang sangat mengecewakan. Mereka hancur lebur di tangan Thailand dalam laga perdana Grup A, Rabu (6/8) sore WIB.
Dalam pertandingan di Stadion Lach Tray, Vietnam, Garuda Pertiwi dibantai dengan skor telak 0-7. Statistik miris pun mewarnai kekalahan ini.
Timnas Putri Indonesia tidak mampu menciptakan satu pun tembakan selama 90 menit penuh.
Bahkan, tak ada satupun tendangan sudut, hingga kiper Thailand tak sekalipun melakukan tendangan gawang.
Thailand mendominasi penuh dengan penguasaan bola mencapai 68 persen, melepaskan 29 tembakan, dan mencetak tujuh gol lewat pola serangan yang agresif dan efisien.
Timnas Putri Indonesia hanya mencatat 32 persen penguasaan bola dan 63 persen akurasi umpan, jauh di bawah 85 persen milik Thailand.
Kondisi ini menegaskan bahwa perbedaan kualitas dan ritme permainan antara kedua negara sudah terlalu jauh.
Padahal, lawan berikutnya di Grup A adalah tuan rumah Vietnam, yang memiliki kualitas lebih tinggi dan menjadi salah satu kandidat juara turnamen.
Kekalahan dari Thailand juga memperpanjang catatan buruk Garuda Pertiwi dalam kompetisi internasional.
Baca Juga: Atlet Potensial Bermunculan, Kualitas Sepak Bola Putri Kudus Dinilai Meningkat
Di saat negara-negara tetangga mulai panen hasil dari pengembangan liga domestik dan pembinaan usia dini, Timnas Putri Indonesia justru masih terjebak dalam siklus stagnan — salah satu penyebab utamanya: tidak adanya kompetisi liga putri yang berjalan rutin.
Pemain Demo Usai Gagal Lolos Piala Asia 2026
Kondisi tanpa liga ini bahkan sudah menjadi sorotan langsung dari para pemain.
Usai gagal lolos ke Piala Asia Wanita 2026 bulan lalu, para pemain Timnas Putri Indonesia secara terbuka menyuarakan tuntutan mereka kepada Ketua Umum PSSI, Erick Thohir.
Dalam laga terakhir Kualifikasi Grup C melawan Taiwan di Tangerang (5/7), para pemain membentangkan spanduk hitam bertuliskan desakan kepada PSSI untuk menghidupkan kembali Liga 1 Putri.
Sayangnya, spanduk itu langsung dirampas seseorang dari area stadion.
Meski aksi tersebut berlangsung singkat, pesannya sudah sangat jelas: para pemain membutuhkan wadah kompetitif yang nyata, bukan hanya turnamen tahunan tanpa kesinambungan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
4 Rekomendasi Tablet RAM 8 GB Paling Murah, Multitasking Lancar Bisa Gantikan Laptop
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
Terkini
-
Kata-kata Ole Romeny yang Akhirnya Comeback Bermain di Oxford United
-
Ruud Gullit Sebut Pemain Ini Salah Gabung ke MU, Hengkang ke Serie A Jadi Solusi
-
Dudu Patetuci Ogah Remehkan Timnas Indonesia U-17 Tapi Mau Brasil Pesta Gol Lagi
-
Ademola Lookman Hampir Adu Jotos dengan Ivan Juric, CEO Atalanta Sampai Turun Tangan
-
Ternyata Bukan Indonesia, Ini Negara Asia dengan Kekalahan Paling Telak di Piala Dunia U-17 2025
-
Meski Berat, Timnas Indonesia U-17Masih Bisa Lolos ke Babak 32 Besar, Caranya Gimana?
-
Klasemen Liga Champions: Bayern Muenchen di Puncak, Manchester City Salip PSG
-
Statistik Pemain Diaspora Timnas Indonesia, Siapa Paling Gacor?
-
Timnas Indonesia U-17 Lawan Brasil: Adu Taktik Dudu Patetuci vs Nova Arianto
-
Korsel dan Irak Bakal Jadi Lawan Berat Indonesia di Fase Grup Piala Asia Futsal 2026