Bola / Bola Indonesia
Selasa, 21 Oktober 2025 | 11:17 WIB
Perjalan Hidup Timur Kapadze: Korban Tangan Besi Stalin hingga Belajar dari Zico [leadersport]
Baca 10 detik
  • Latar belakang hidup Timur Kapadze sarat sejarah dan perjuangan.
  • Selama bermain di klub Bunyodkor, ia sempat satu tim dengan Rivaldo dan dilatih oleh Zico serta Luiz Felipe Scolari.
  • Prestasi dan rekam jejaknya menjadikannya kandidat kuat pelatih Timnas Indonesia

Suara.com - Nama pelatih Uzbekistan, Timur Kapadze digadang-gadang menjadi salah satu calon pelatih Timnas Indonesia pengganti Patrick Kluivert.

Sebagai seorang pelatih, rekam jejak Timur terbilang cukup mumpuni.

Pelatih 44 tahun itu memiliki statistik, 66 kali kemenangan, 44 seri dan 48 kalah dari 158 pertandingan di semua kompetisi.

Statistik itu tentu lebih oke dibanding dengan Patrick Kluivert dan para asistennya yang baru dipecat PSSI.

Selain statistiknya yang cukup mumpuni, rekam sejarah juga jadi bukti bahwa Timnas Indonesia sempat melambung tinggi saat dilatih pelatih dari Eropa Timur, Tony Poganik.

Timur faktanya kelahiran Fergana pada 5 September 1981. Saat ia lahir, Fergana masuk dalam kekuasaan Uni Soviet. Wilayah itu saat ini masuk dalam Georgia.

Timur Kapadze dinilai cocok jika menjadi pelatih Timnas Indonesia. (Instagram/@timurkapadze18)

Sosok Timur menarik untuk diulas, utamanya latar belakang keluarganya yang ternyata berasal dari Turki.

Salah satu media Georgi, Tbiliselebi, sempat mengulik lebih dalam latar belakang keluarga Timur Kapadze.

Keluarga besar Timur ternyata berasal dari pengungsi Turki Meskhetia yang terusir dari tanah kelahirannya di Georgia.

Baca Juga: PSSI dan Target 100 Besar FIFA: Dipupuk oleh STY, Layu di Tangan Patrick Kluivert

Turki Meskhetia merupakan etnis minoritas Muslim yang dulu tinggal di wilayah selatan Georgia, dekat perbatasan Turki.

Pada tahun 1944, di tengah Perang Dunia II, Joseph Stalin memerintahkan deportasi massal terhadap orang-orang Turki Meskhetia ke Asia Tengah, termasuk Uzbekistan.

Alasan utamanya? Stalin khawatir mereka akan berpihak ke Turki jika negara itu ikut campur dalam perang.

"Nenek saya selalu bercerita bagaimana mereka hanya diberi waktu dua jam untuk berkemas. Mereka diangkut dengan gerbong sapi selama tiga bulan melewati musim dingin. Banyak yang meninggal di jalan." kata Timur seperti dilansir dari Tbiliselebi

Sejak saat itulah keluarganya memulai hidup baru dari nol di Uzbekistan.

Meski identitas kulturalnya berubah, akar nama aslinya, Kopadze masih dikenang, meski kini dalam paspor tertulis sebagai Kapadze, akibat kesalahan administrasi saat masa pengungsi.

Load More