Berkebalikan, Perbedaan Pandangan Shin Tae-yong dan Alex Pastoor soal Timnas Indonesia

Suara.com - Kegagalan Timnas Indonesia melangkah ke Piala Dunia 2026 menjadi bahan refleksi bagi dua sosok penting yang pernah terlibat langsung di skuad Garuda, yakni Shin Tae-yong dan Alex Pastoor.

Menariknya, keduanya memiliki pandangan berbeda dalam menilai arah masa depan sepak bola nasional, Shin lebih optimistis, sementara Pastoor cenderung realistis bahkan terkesan pesimis.

Shin Tae-yong: Optimisme untuk 2030

Mantan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, mengaku masih menyimpan keyakinan besar terhadap potensi sepak bola Indonesia.

Meski gagal membawa timnya ke Piala Dunia 2026, pelatih asal Korea Selatan itu percaya Garuda bisa menembus putaran final edisi 2030 jika persiapan dilakukan lebih matang.

Dalam wawancaranya bersama Goalpost Korea pada Selasa (21/10/2025), Shin mengaku sempat menyaksikan langsung perjuangan skuad Merah Putih di dua laga terakhir Kualifikasi Piala Dunia 2026, yaitu melawan Arab Saudi dan Irak.

Ia menilai, sebenarnya peluang Indonesia terbuka lebar, namun kurang detail dalam persiapan menghadapi lawan-lawan kuat di Asia.

“Secara permainan mereka tidak buruk sama sekali. Mungkin kurang di lini depan,” ujar Shin.

“Kalau saja mereka lebih berani bertarung di lini depan, hasilnya bisa berbeda. Kesempatan untuk lolos itu ada, tapi tidak dimanfaatkan dengan baik.”

Meski gagal, Shin tetap menilai sepak bola Indonesia sedang berada dalam jalur perkembangan positif. Ia yakin dengan pembinaan yang berkelanjutan, Indonesia punya peluang besar menembus Piala Dunia 2030.

“Kalau dipersiapkan sedikit lebih baik, saya percaya Indonesia bisa lolos,” katanya dengan nada optimis.

Alex Pastoor: Target Piala Dunia Dinilai Tidak Logis

Sementara itu, mantan asisten pelatih Timnas Indonesia asal Belanda, Alex Pastoor, melihat situasi dengan kacamata berbeda.

Dalam wawancaranya dengan Voetbal International, Pastoor mengungkapkan bahwa target membawa Indonesia ke Piala Dunia 2026 sebenarnya tidak realistis.

Menurutnya, dengan posisi Indonesia yang masih jauh di peringkat FIFA, target sebesar itu sulit diwujudkan dalam waktu singkat.