Bola / Bola Dunia
Sabtu, 01 November 2025 | 17:41 WIB
PSG resmi angkat trofi Piala Super Eropa setelah singkirkan Tottenham lewat adu penalti. (Instagram/psg)
Baca 10 detik
  • Sejumlah klub besar justru tampil lebih hebat setelah menjual pemain bintang mereka
  • Strategi penggunaan dana hasil penjualan menjadi kunci sukses, seperti yang dilakukan Inter Milan, Liverpool, dan Leicester City
  • Transformasi kolektif menjadi ciri utama kesuksesan tim-tim tersebut, di mana kekuatan tim tidak lagi bergantung pada satu pemain

Liverpool (2018)

Jurgen Klopp mengucapkan duka mendalam atas tewasnya Diogo Jota. [Instagram Jurgen Klopp]

Ketika Philippe Coutinho dijual ke Barcelona seharga £142 juta pada 2018, banyak fans Liverpool yang khawatir.

Namun manajer Jurgen Klopp memanfaatkannya dengan cerdas, bukan membeli pengganti langsung, tapi memperkuat lini belakang.

Liverpool mendatangkan Virgil van Dijk (£75 juta) dan Alisson Becker (£67 juta).

Dua rekrutan ini mengubah wajah tim sepenuhnya. Liverpool pun sukses juara Liga Champions 2018/2019 serta juara Premier League 2019/2020, pertama kalinya dalam 30 tahun.

Kini, nama Coutinho sering jadi lelucon di media sosial karena transfernya mendanai era kejayaan Liverpool.

Leicester City (2019)

Penjualan Harry Maguire ke Manchester United seharga £80 juta pada 2019 menjadi rekor dunia untuk bek tengah.

Tapi bukannya melemah, Leicester City justru membaik.

Baca Juga: Prediksi Liverpool vs Aston Villa: Kans The Villans Patahkan Kutukan di Anfield

Dana besar itu digunakan untuk mempermanenkan Youri Tielemans, serta memperkuat skuat Brendan Rodgers.

Hasilnya, dua musim beruntun finis di posisi lima besar dan menjuarai Piala FA 2021, trofi pertama dalam sejarah klub di ajang tersebut.

PSG (2004)

Musim panas 2024, Kylian MbappE akhirnya hengkang ke Real Madrid secara gratis.

Banyak yang mengira PSG akan runtuh tanpa pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah klub itu.

Namun pelatih Luis Enrique justru membangun tim yang lebih kolektif.

Load More