Bola / Bola Indonesia
Selasa, 18 November 2025 | 14:36 WIB
Pemain keturunan Indonesia Gabriel Han Willhoft-King sukses menjalani debut bersama tim U-21 Manchester City. Han Willhoft-King pada 1 September 2024 jalani debut bersama City. [mancity.com]
Baca 10 detik
  • Han Willhoft-King mengaku tidak menikmati rutinitas latihan Manchester City di bawah Pep Guardiola.
  • Cedera panjang dan kejenuhan membuatnya memilih mundur dari sepak bola profesional.
  • Ia kini melanjutkan studi hukum di Universitas Oxford.

Suara.com - Han Willhoft-King pernah dipandang sebagai salah satu prospek paling cerah di sepak bola Inggris.

Ia tampil bersama Manchester City U-21 dan bahkan beberapa kali dipanggil Pep Guardiola untuk ikut berlatih dengan skuad utama.

Namun, pengalaman itu justru ikut mendorongnya mengambil keputusan paling tidak terduga: pensiun muda dan memilih fokus kuliah di Universitas Oxford.

Willhoft-King bukan pemain sembarangan. Sejak usia enam tahun, ia sudah ditempa di akademi Tottenham Hotspur dan tumbuh bersama para talenta terbaik Inggris seperti Myles Lewis-Skelly dan Ethan Nwaneri.

Kemampuannya membaca permainan membuatnya pernah digadang-gadang sebagai gelandang bertahan masa depan Spurs.

Kesempatan berlatih dengan tim utama Tottenham datang saat ia masih menempuh pendidikan sekolah menengah, ketika Antonio Conte memberi ruang pada sang gelandang untuk merasakan kerasnya latihan level profesional.

Namun cedera panjang yang datang beruntun menjadi awal pergeseran arah kariernya.

Cedera besar pada musim 2021–2022 dan musim berikutnya membuat perkembangan Willhoft-King terhenti.

Saat pindah ke Manchester City pada 2024, masalah yang sama kembali membatasi menit bermainnya di tim U-21.

Baca Juga: Bakat Muda Jawa-Belanda, Pemain Keturunan Indonesia Ikai Muhamad Torehkan 12 Gol!

Meski demikian, ia tetap berada dalam radar Pep Guardiola.

Willhoft-King beberapa kali dipanggil untuk berlatih di bawah arahan pelatih senior City itu.

Justru dari titik inilah ia menyadari bahwa ritme hidup pesepak bola bukan sesuatu yang membuatnya bahagia.

“Aku tidak menikmatinya. Mungkin lingkungannya. Aku cepat bosan. Latihan, pulang, lalu tidak melakukan apa pun. Sekarang aku kesulitan mencari waktu luang karena ada kuliah, teman, dan sepak bola kampus.”

Sosok yang dikenal sangat cerdas itu memang memiliki jalur lain yang sama kuatnya: akademik.

Menurut laporan The Guardian, ia meraih nilai A untuk matematika, ekonomi, dan sejarah—didukung latar belakang keluarga akademis, dengan ayah seorang mantan dosen filsafat dan ibu seorang arsitek.

Load More