- Timnas Republik Demokratik Kongo lolos ke playoff Piala Dunia 2026 setelah mengalahkan Nigeria melalui adu penalti, meskipun terseret isu voodoo.
- Kongo berpeluang kembali ke Piala Dunia setelah 50 tahun, harus melewati playoff di Meksiko pada Maret 2026 melawan tim lain.
- Kesuksesan ini dipengaruhi pelatih Sebastien Desabre sejak 2022 melalui perombakan tim dan penguatan struktur usia muda secara sistematis.
Suara.com - Timnas Republik Demokratik Kongo memastikan diri melaju ke playoff antarkonfederasi Piala Dunia 2026 setelah menyingkirkan Nigeria lewat adu penalti yang panas, kontroversial, dan penuh drama.
Namun lolosnya Kongo dibayangi oleh tudingan dari pihak Nigeria soal penggunaan ilmu voodoo saat kedua tim melakukan adu penalti.
Kongo Menanti 50 Tahun untuk ke Piala Dunia
terakhir tampil di Piala Dunia pada 1974. Kini, mereka hanya perlu melewati babak playoff di Meksiko pada Maret 2026 untuk merebut satu dari dua tiket tersisa.
Mereka akan bersaing dengan empat tim dari berbagai konfederasi, dengan Bolivia dan Kaledonia Baru sudah menunggu.
Performa Kongo di Afrika sangat impresif, menyingkirkan Kamerun di semifinal, lalu Nigeria di final playoff, setelah sebelumnya tampil solid di fase grup dan hanya terpaut dua poin dari Senegal.
Kesuksesan ini tak lepas dari tangan dingin pelatih Sebastien Desabre, yang mengambil alih tim pada 2022.
Ia berjanji Kongo akan mencapai performa terbaik pada akhir 2025 dan janji itu ia tepati.
Di bawah kepemimpinannya terjadi perubahan besar di timnas Kongo.
Baca Juga: Punya Market Value Setara Jay Idzes, Pemain 17 Tahun Ini Dibidik Barcelona
Setengah pemain inti adalah rekrutan baru tiga tahun terakhir.
Selain itu, struktur tim diperkuat dari level usia muda hingga liga domestik.
Kongo menjadi tim yang jauh lebih disiplin, kuat bertahan, dan kolektif
Hasilnya nyata, hanya lima tim Afrika yang kebobolan lebih sedikit dari mereka di fase grup, dengan enam clean sheet dalam 10 laga.
Kemenangan Kongo bukan karena ilmu voodoo tapi memperlihatkan kerja terencana, rekrutmen cerdas, serta kebersamaan yang kuat.
Mereka bukan hanya menang karena drama atau keberuntungan, Federasi Kongo dan tim nasional menang karena kerja sistematis selama tiga tahun.
Berita Terkait
Terpopuler
- Operasi Zebra 2025 di Sumut Dimulai Besok, Ini Daftar Pelanggaran yang Disasar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Mobil Keluarga Bekas Paling Dicari 2025, Murah dengan Performa Mumpuni
- 5 Mobil Sedan Bekas Pajak Murah dan Irit BBM untuk Mahasiswa
- 5 Rekomendasi Smartwatch Selain Apple yang Bisa QRIS MyBCA
Pilihan
-
Penyebab Cloudflare Down, Sebabkan Jutaan Website dan AI Lumpuh
-
Format dan Jadwal Babak Play Off Piala Dunia 2026: Adu Nasib Demi Tiket Tersisa
-
Aksi Jatuh Bareng: Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Terkoreksi
-
4 HP RAM 12 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik untuk Gamer dan Multitasker Berat
-
Perusahaan BUMN dan Badan Negara Lakukan Pemborosan Anggaran Berjamaah, Totalnya Rp43 T
Terkini
-
Status Rob Friend: CEO Timnas Malaysia atau Hanya Konsultan, Siapa yang Ngibul?
-
Paul Scholes Yakin Thomas Tuchel Bawa Inggris Juara Piala Dunia 2026
-
Janji Kampanye Calon Presiden Barcelona: Erling Haaland Bakal ke Nou Camp
-
Eks Striker Premier League Hina Dominik Szoboszlai di Depan Legenda Liverpool
-
Keluar dari Timnas Indonesia, Denny Landzaat Punya Jabatan Baru di Ajax Amsterdam
-
Presiden Trump Mau Acak-acak Venue Piala Dunia 2026, FIFA Malah Mendukung
-
Siapa Datu Nova Fatmawati? Bos Baru PSIS Semarang, Istri Bos Persela Lamongan
-
Adrian Wibowo Sudah Oke Ikut SEA Games 2025, Tapi PSSI Harus.
-
Mauro Zijlstra dan Struick Cetak Gol, Timnas Indonesia U-22 Ditahan Imbang Mali
-
PSSI Tak Bisa Apa-apa, Timnas Indonesia Dibanjiri Sanksi FIFA