Bola / Bola Indonesia
Rabu, 10 Desember 2025 | 11:07 WIB
Pesepak bola Timnas Indonesia U-22 Mauro Nils Zijlstra (kanan) berebut bola dengan pesepak bola Timnas Filipina Jaime Rosquillo (kiri) pada pertandingan babak penyisihan Grup C Sepak Bola SEA Games 2025 di The 700th Anniversary of Chiang Mai Stadium, Chiang Mai, Thailand, Senin (8/12/2025). [ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/nym]
Baca 10 detik
  • Timnas Indonesia U-22 kalah 0-1 dari Filipina di Stadion 700th Anniversary SEA Games 2025.
  • Gol tunggal Filipina dicetak Otu Banatao melalui sundulan memanfaatkan skema lemparan jarak jauh.
  • Kekalahan ini membuat Indonesia bergantung pada hasil laga lain dan harus menang versus Myanmar.

Suara.com - Timnas Indonesia U-22 harus menelan pil pahit kekalahan saat menghadapi Filipina di laga krusial Grup C SEA Games 2025.

Stadion 700th Anniversary menjadi saksi bisu tumbangnya skuad Garuda Muda dengan skor tipis 0-1 pada laga yang menentukan nasib ke semifinal.

Petaka bagi Indonesia datang di penghujung babak pertama lewat aksi penyerang Filipina, Otu Banatao.

Memanfaatkan skema lemparan ke dalam jarak jauh yang mematikan, Banatao sukses menanduk bola dengan keras tanpa bisa dihalau kiper.

Gol tunggal tersebut sudah cukup untuk mengantarkan Filipina mengunci tiket lolos otomatis ke babak semifinal SEA Games 2025.

Sementara bagi Timnas Indonesia U-22, kekalahan ini membuat posisi mereka terjepit dan harus menggantungkan nasib pada skenario rumit jalur runner-up terbaik.

Anak asuh Indra Sjafri kini wajib menang atas Myanmar di laga pamungkas sembari berharap hasil pertandingan Malaysia melawan Vietnam di Grup B memihak mereka.

Sorotan tajam langsung tertuju pada performa Ivar Jenner dan kawan-kawan yang dinilai tampil jauh di bawah standar terbaiknya dalam laga tersebut.

Masalah paling mencolok adalah ketidakmampuan tim membongkar pertahanan gerendel yang diperagakan Filipina sepanjang pertandingan.

Baca Juga: Akui Kehebatan Thailand, Megawati Hangestri Realistis Soal Persaingan Voli Putri SEA Games 2025

Para pemain terlihat sangat terburu-buru dalam mengalirkan bola sehingga alur serangan menjadi kacau dan tidak berkembang.

Minimnya kreativitas memaksa Indonesia lebih banyak mengandalkan tembakan spekulasi jarak jauh atau situasi bola mati yang tidak efektif.

Frustrasi terlihat jelas saat bek Muhammad Ferarri bahkan harus mencoba peruntungan lewat tembakan keras dari luar kotak penalti demi mencari peluang.

Pola serangan yang dibangun Garuda Muda juga terasa sangat monoton karena terlalu terpaku pada penyisiran sisi sayap yang mudah ditebak.

Pergerakan Dony Tri Pamungkas dan Raka Cahyana di sisi lapangan sangat mudah dibaca dan diredam oleh barisan pertahanan lawan.

Koneksi antarpemain di lini depan juga menjadi pekerjaan rumah besar karena minimnya kolaborasi yang padu antar lini.

Load More