Profil Helmy Yahya, Presenter Sekaligus Mantan Direktur PFN yang Bela Ifan Seventeen

Suara.com - Helmy Yahya menjadi artis yang memiliki pandangan berbeda tentang terpilihnya Riefian Fajarsyah atau Ifan Seventeen sebagai Direktur Utama PT Produksi Film Negara (PFN).

Banyak artis terutama sineas yang seolah tak yakin dengan Ifan Seventeen dan mempertanyakan kredibilitasnya sebagai Direktur Utama PFN tanpa latar belakang dunia perfilman yang mumpuni.

Beda dengan Helmy yang memilih untuk memberikan kesempatan pada Ifan yang background-nya adalah seorang musisi kini memimpin sebuah BUMN perfilman.

"Banyak orang mempertanyakan karena dia sebenarnya, diperkirakan tidak punya background perfilman karena dia adalah seorang musisi," katanya di awal videonya membahas tentang terpilihnya Ifan Seventeen sebagai Dirut PFN.

Pria yang pernah menjadi Direktur PFN pada 2001 ini membeberkan kondisi perusahaan tersebut yang tidak baik-bak saja.

"Saya kan pernah jadi Direktur PFN pada tahun 2001. Susah loh itu perusahaan, utangnya banyak, tidak bankable, karyawannya tua dan waktu itu PNS yang tidak lagi bisa kompetitif, gedungnya sudah rusak, studionya sudah nggak bagus, banyak fasilitas yang rusak," katanya.

Makanya dia meminta semua orang untuk memberikan kesempatan pada Ifan Seventeen untuk membuktikan kinerjanya.

"Jadi sebenarnya gini lah, tunda dulu kita mempertanyakan seorang Ifan Seventeen. Tunggu dulu deh, kita berikan kepada Ifan Seventeen. Yang penting Ifan harus menunjukkan kalau dia punya manajerial skill yang baik, bisa memimpin perusahaan, bisa memimpin karyawan, punya leadership yang baik dan punya integritas yang baik. Jadi menurut saya mari kita berikan kesempatan," bebernya.

Helmy bahkan memberikan contoh pejabat yang tidak sesuai bidang namun bisa sukses memimpin.

Baca Juga: Dianggap Bukan Hal Baru, Arie Kiriting Soroti Visi dan Misi Ifan Seventeen Sebagai Dirut PFN

"Ya kalau alasannya lah kan dia musisi bukan orang film, jadi gini loh, Pak Yohan (Ignatius Yohan) itu bukan orang kereta api, dia adalah akuntan, banker tapi dialah yang mentransformasi PT KAI hingga menjadikan dari rugi menjadi untung," tambahnya.

Sangat optimis dengan Ifan Seventeen, berikut ini profil Helmy Yahya lengkap dengan pendidikan dan perjalan kariernya.

Profil Helmy Yahya

Helmy Yahya lahir di Palembang pada 6 Maret 1962 dari keluaga sederhana yang memiliki usaha sebagai pedagang kaki lima. Orangtuanya bernama Yahya Matusin dan Komariah Yahya.

Dia adalah anak terakhir dari lima bersaudara. Salah satu kakaknya adalah Tantowi Yahya.

Pria keturunan Melayu dan Palembang ini pernah menikah dengan Harfansi dan dikaruniai 4 orang anak. Sayangnya pernikahan itu berujung perceraian.

Pernah gagal berumah tangga, Helmy Yahya menikah lagi pada 17 Januari 2010 dengan Febri Sjofjan.

Latar belakang pendidikan Helmy Yahya

Pria 63 tahun ini menempuh pendidikan menengah di tanah kelahirannya. Mulai dari SD Negeri 115, SMP Negeri 2 Palembang dan SMA Negeri 1 Palembang.

Dia dikenal cerdas dan berprestasi dari kecil bahkan termasuk 5 siswa berprestasi tingkat nasional.

Sebagai siswa berprestasi banyak yang menawarinya untuk masuk ke perguruan tinggi sayangnya tanpa beasiswa.

Namun akhirnya dia memilih kuliah di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Die kemudian melanjutkan S2-nya di Amerika Serikan dan mendapatkan gelar Master of Professional Accounting di University of Miami Florida Amerika Serikat.

Karier Helmy Yahya

Bersinar di dunia pendidikan bahkan sudah menjadi asisten dosen di STAN dan dosen di STIE YAI dan STIE Perbanas, dia juga tertarik terjun ke dunia broadcasting.

Meski sebenarnya dia juga pernah bekerja di Kantor Akuntan Mustafa Lubis serta menjadi Accounting dan Finance Manager Ireng Maulana Production.

Di dunia broadcasting dia pertama kali menjadi pembawa acara kuis, salah satu yang terkenal adala Berpacu Dalam Melodi hingga Siapa Berani.

Gara-gara membawakan banyak kuis, dia sampai mendapatkan julukan sebagai Raja Kuis sampai sekarang.

Dia kemudian juga terjun ke dunia politik mulai dari mencalonkan diri sebagai kepala daerah hingga anggota DPR. Namun dia selalu gagal.

Namun kariernya tetap bersinar, buktinya dia penah menjadi Direktur PFN pada 2001 hingga Direktur Utama TVRI pada 2017.

Kontributor : Tinwarotul Fatonah