- Data Bloomberg menunjukkan, dolar AS dibuka pada Rp16.745 dan tak lama kemudian naik ke posisi Rp16.789, menguat 0,24%.
- Menurut pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, kemungkinan rupiah tembus Rp17.000 sangat terbuka.
- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. BI menyatakan akan menggunakan seluruh instrumen yang ada secara 'berani' (bold) di pasar domestik maupun internasional.
Suara.com - Nilai tukar rupiah kembali menghadapi tantangan berat. Pada Jumat (26/9/2025), dolar Amerika Serikat (AS) menguat signifikan, mendekati level Rp16.800.
Data Bloomberg menunjukkan, dolar AS dibuka pada Rp16.745 dan tak lama kemudian naik ke posisi Rp16.789, menguat 0,24%. Pergerakan ini menimbulkan pertanyaan besar apakah mungkinkah rupiah akan tembus level psikologis Rp17.000?
Menurut pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, kemungkinan itu sangat terbuka. "Kalau seandainya rupiah tembus level Rp16.800, ada (kemungkinan) bahwa dalam bulan Oktober rupiah tembus level Rp17.000," ungkapnya.
Ibrahim menjelaskan, proyeksi pelemahan rupiah ini didorong oleh sentimen eksternal dan internal. Dari sisi eksternal, ketegangan geopolitik di Eropa kembali memanas. Pernyataan Presiden AS Donald Trump di Sidang Majelis PBB yang mengancam sanksi baru terhadap aliran energi Rusia memicu kekhawatiran. Hal ini mendorong investor untuk beralih ke aset yang lebih aman, seperti dolar AS, sehingga indeks dolar menguat secara signifikan.
Sementara itu, dari sisi internal, pasar bereaksi negatif terhadap kebijakan baru Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Keputusan untuk tidak memberikan pengampunan pajak (tax amnesty) mendapat respons kurang baik dari pasar. Berbeda dengan era sebelumnya di bawah Menteri Keuangan Sri Mulyani yang tiga kali menggelar tax amnesty dan disambut positif.
"Pernyataan-pernyataan Purbaya tentang penolakan tax amnesty mendapat respons negatif dari pasar," papar Ibrahim.
Menanggapi tekanan ini, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. BI menyatakan akan menggunakan seluruh instrumen yang ada secara 'berani' (bold) di pasar domestik maupun internasional.
"Bank Indonesia menggunakan seluruh instrumen yang ada secara bold, baik di pasar domestik melalui instrumen spot, DNDF, dan pembelian SBN di pasar sekunder, maupun di pasar luar negeri di Asia, Eropa, dan Amerika secara terus menerus, melalui intervensi NDF," kata Perry.
Meskipun demikian, Ibrahim Assuaibi menilai intervensi BI belum memberikan dampak signifikan karena kuatnya spekulasi di pasar internasional. Perry Warjiyo mengajak seluruh pelaku pasar untuk bersama-sama menjaga iklim pasar keuangan yang kondusif, agar stabilitas rupiah bisa tercapai sesuai dengan nilai fundamentalnya.
Baca Juga: Rupiah Loyo, BI Kerahkan Semua Obat Kuat untuk Jaga Nilai Tukar
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Lihat Permainan Rizky Ridho, Bintang Arsenal Jurrien Timber: Dia Bagus!
- Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
- Jadwal Big 4 Tim ASEAN di Oktober, Timnas Indonesia Beda Sendiri
Pilihan
Terkini
-
Rupiah Semakin Loyo di Jumat Pagi
-
Harga Emas Antam Sentuh Level Tertinggi Sepanjang Masa, Tembus Rp2,175 Juta Per Gram
-
Pengembang YVE Habitat Soal Proyek Mandek: Kami Ingin Kualitas!
-
Rupiah Loyo, BI Kerahkan Semua Obat Kuat untuk Jaga Nilai Tukar
-
OJK: Rp4,8 Triliun Raib Akibat Love Scamming, Ini Cara Jitu Lindungi Diri dari Penipuan
-
Tak Hanya Penurunan, Menkeu Purbaya Diminta Stop Kenaikan CHT Selama 3 Tahun
-
Prospek Investasi Properti di Utara Jakarta Naik, Kini Jadi Incaran Investor
-
IHSG Runtuh Setelah Cetak Rekor, Volatilitas Pasar Menguji Mental Investor
-
Rupiah Terus Ambruk, Kebijakan Menkeu Purbaya Jadi Biang Kerok?
-
Perusahaan di Indonesia Kian Gencar Terapkan Perbaikan Berkelanjutan untuk Efisiensi dan Inovasi