Suara.com - Cinta Laura bergabung dalam kelompok yang menentang keras penambangan nikel di wilayah Raja Ampat, Papua.
Setelah mengunggah pernyataan penuh kritik ke pemerintah atas penambangan nikel di Raja Ampat, Cinta Laura menampilkan ratapan anak Papua yang lingkungan tinggalnya terdampak.
Video berjudul Apakah Tuhan Masih di Sini itu menampilkan sosok anak kecil yang mempertanyakan bagaimana bisa izin tambang terbit di tanah adat mereka.
"Kami tak mengerti, mengapa tambang boleh masuk ke tanah adat, ke tempat yang disucikan oleh leluhur kami," kata anak tersebut.
Anak dalam video juga mempertanyakan, apakah kemajuan sebuah negara di masa depan sepadan dengan kerusakan yang ditimbulkan di era sekarang.
"Mereka katakan itu sah, mereka katakan itu demi masa depan. Tapi, apakah masa depan harus dibangun di atas kehancuran masa kini?" tanyanya.
Dikisahkan juga oleh sang anak, bagaimana penduduk di wilayah tambang melihat sendiri bagaimana dampak kerusakan lingkungan yang mulai muncul.
"Kami melihat sendiri bagaimana pohon ditebang, air berubah hitam, langit berubah berdebu," keluh anak tersebut.
Cerita kerusakan alam Raja Ampat sendiri pertama dibagikan oleh organisasi pemerhati lingkungan Greenpeace, lewat sebuah unggahan di akun Instagram mereka baru-baru ini.
Baca Juga: Berkunjung ke IKN, Daniel Mananta Diminta Suarakan 'Save Raja Ampat'
"The Last Paradise. Satu per satu keindahan alam Indonesia dirusak dan dihancurkan, hanya demi kepentingan sesaat dan golongan oligarki serakah," keluh Greenpeace dalam keterangan unggahannya.
Sebelum masuk ke Raja Ampat, pertambangan nikel yang jadi bagian program hilirisasi disebut Greenpeace sudah meninggalkan kerusakan di berbagai tempat.
"Hilirisasi nikel, yang digadang-gadang sebagai jalan menuju energi bersih, telah meninggalkan jejak kehancuran di berbagai tempat, dari Sulawesi hingga Maluku," papar Greenpeace.
Ada andil PT Antam di balik praktek pertambangan nikel yang menimbulkan kerusakan alam di wilayah Raja Ampat.
Dengan demikian, Greenpeace menuntut pemerintah mengambil sikap untuk mencegah kerusakan alam lebih parah di Raja Ampat.
"Pemerintah harus bertanggung jawab atas kehancuran alam yang semakin hari semakin marak terjadi," tegas Greenpeace.
Unggahan Greenpeace pun viral dan membuat banyak pihak ikut bersuara tentang kerusakan alam Raja Ampat imbas pertambangan nikel.
Termasuk Cinta Laura sendiri, yang sebelumnya tegas menyatakan bahwa dirinya jengah dengan retorika pemerintah dalam mencari pembenaran lewat dalih kemajuan bangsa.
"Capek denger, 'Ini demi kemajuan bangsa', tapi yang maju cuma segelintir elite. Yang mundur, rakyat kecil yang kehilangan tanah, air dan masa depan," tulis Cinta dalam sebuah unggahan di Instagram, Minggu, 8 Juni 2025.
Ada pula Melanie Subono, yang mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bergerak menghentikan eksploitasi kekayaan tanah Papua yang sudah berlangsung sejak lama.
"Papua bukan tanah kosong, Indonesia bukan tanah tanpa penduduk," ujar Melanie, juga melalui Instagram.
Kata Melanie Subono lagi, kasus di Raja Ampat cuma satu dari ribuan masalah yang terungkap dari tanah Papua sejak beberapa tahun lalu.
"Kalau nggak salah dari setahun lalu, bukan soal si nikel-nikel ini, tapi ini salah satu dari banyak aksi, bahkan juga dari tahun-tahun sebelumnya," beber Melanie.
"Ada tambang, perampasan lahan, hutan adat dialih fungsi tidak sesuai caranya, itu sama saja," imbuh putri Adrie Subono itu.
Pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Bahlil Lahadalia sempat bersikeras bahwa lokasi pertambangan nikel tidak merusak lokasi wisata di Raja Ampat.
Bahkan, Bahlil Lahadalia mengklaim bahwa masyarakat di lokasi pertambangan nikel pun memberikan dukungannya ke pemerintah.
Namun pada akhirnya, izin pertambangan di wilayah Raja Ampat tetap diberhentikan sementara karena sudah memancing kemarahan rakyat.
Berita Terkait
-
ASPEBINDO: Indonesia Butuh Tambang Legal, Inklusif, dan Modern
-
Paparan Tambang Ancam Kesehatan, Senyawa Arsenik Mengendap dalam Tubuh Warga
-
Diserang soal Polemik Nikel di Raja Ampat, Golkar Bela Bahlil Lahadalia: Salah Sasaran
-
Tragedi Sunyi Pendidikan Indonesia: Saat Nikel Lebih Viral dari Siswa SMP Tak Bisa Baca
-
Polemik Tambang Nikel di Raja Ampat, Ini Kata Aspebindo
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
-
Tak Hanya Soal Ekonomi! Celios Ungkap Jejak Tiongkok di Indonesia Makin Meluas, Ini Buktinya
-
3 Rekomendasi HP 5G Murah di Bawah Rp3 Juta Tebaru September 2025
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
Terkini
-
The Panturas Tuai Kritik: Tolak Pestapora karena Freeport, Tapi Manggung di Event Sponsor Sama
-
Ada Saja Tangan Usil Netizen, Sebut Penutupan Toko Kue Ashanty Cuma Gimik karena Kini Dibuka Lagi
-
Dian Sastro Hadiri TIFF 2025, Tampil Elegan dengan Pin Bajak Laut One Piece yang Curi Perhatian
-
Eza Gionino Ternyata Sempat Ucap Talak Satu Sebelum Digugat Cerai
-
Viral Nenek 71 Tahun Meninggal Seminggu Setelah Wisuda S3 di UIN Walisongo
-
Toko Kue Lumiere Buka Lagi, Ashanty Tak Jadi PHK Massal
-
Andovi da Lopez Bongkar Masalah Besar di Balik Demo Indonesia
-
Tangis Eza Gionino Pecah, Kangen Anak yang Dibawa Istri saat Tinggalkan Rumah
-
Beda Jauh dari Indonesia, Anggota DPR Jepang Bongkar Soal Tunjangan Hingga Etika Mundur dari Jabatan
-
Misteri di Hollywood, Bau Busuk dari Tesla Milik Penyanyi D4vd Ungkap Temuan Mayat Mengerikan