Suara.com - Emilie Clark menemukan Mia, seekor anak anjing berumur 12 minggu, lima tahun lalu. Saat mengangkatnya menjadi teman, Emilie berharap Mia bisa menjadi asisten untuk mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya. Sejak lahir, Emilie mengalami kelainan jantung yang dalam bahasa medis disebut ventricular tachycardia. Tetapi, Emilie tidak mendapatkan perawatan sebagaimana seharusnya.
Hingga satu hari ia pingsan, dan harus dilarikan ke rumah sakit. Saat usianya menginjak 19 tahun, Emilie kehilangan pendengaran. Namun hal ini tidak berkaitan dengan kelainan yang dideritanya. "Saat itu saya sedang kuliah untuk menjadi seorang dokter hewan, sehingga gagasan memiliki asisten seekor anjing sangat menarik. Apalagi saya cinta binatang," ujarnya.
Teorinya, Mia akan memberi tahu Emilie ketika telepon berdering atau ketika denyut jantungnya menjadi lebih cepat dan harus minum obat darurat. Emilie berharap secara naluriah Mia dan saya berbagi ketika kita bertemu berarti dia akan cocok.
"Dia memenuhi syarat menjadi asisten sebelum ulang tahunnya yang kedua. Mia belajar untuk mengingatkan saya sebelum aritmia saya mulai dengan membuat lengkingan sambil melompat ke arah saya," jelas Emilie.
Mia menempatkan kakinya di kaki Emilie untuk memberitahu telepon berdering. Suatu malam di bulan November 2011, Mia dan Emilie sedang berada di depan komputer. Tiba-tiba Mia melompat ke pangkuan Emilie dan menciumi payudara kirinya. "Dia menutup matanya dan menjilat marah. Itu membuatku takut karena itu juga yang dia lakukan ketika saya memiliki luka di tubuh saya," papar Emilie.
Mia terus menatap tuannya, lekat-lekat seolah mengingatkan ada sesuatu yang tidak beres. Sepanjang malam itu Mia berusaha untuk melompat ke pangkuan Emilie dan cenderung memusatkan perhatiannya ke daerah yang dianggapnya bermasalah.
Keesokan harinya, Emilie mengunjungi dokter pribadinya untuk menanyakan kemungkinan dilakukan USG atau mammogram. Dan dari hasil ultrasonografi yang dilakukan pekan itu juga, terkonfirmasi adanya kanker payudara stadium dua.
Sulit dipercaya memang, bahkan para ilmuwan pun tak tahu bagaimana seekor anjing bisa memiliki kemampuan diagnostik seperti ini. Mereka kini tengah meneliti bagaimana anjing memiliki kemampuan diagnostik ini, sehingga manusia bisa memanfaatkannya.
Yang pasti, sebuah yayasan di Ingris, Medical Detection Dogs telah melatih anjing untuk mengendus kanker. Dan kegiatan ini didukung oleh Cancer Research UK. (The Guardian)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
-
Menkeu Purbaya Punya Utang Rp55 Triliun, Janji Lunas Oktober
Terkini
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!
-
Jantung Sehat di Usia Muda: 5 Kebiasaan yang Wajib Kamu Tahu!
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?