Suara.com - Penggunaan ganja dalam dosis tertentu memang berperan di dunia kesehatan.
Namun, penelitian baru-baru ini menyebutkan bahwa menggunakan ganja setiap hari selama empat tahun atau lebih berturut-turut akan berpengaruh pada perubahan struktur dalam otak.
Dalam studi tersebut, peneliti menggunakan magnetic resonance imaging (MRI) untuk membandingkan kondisi otak pada otak 48 orang dewasa yang merupakan pecandu ganja dengan tingkat pemakaian tiga kali sehari.
Setelah itu peneliti akan membandingkannya dengan otak 62 orang yang tidak menggunakan ganja.
Para peneliti menemukan bahwa para perokok ganja selama empat tahun memiliki volume otak yang lebih kecil terutama pada bagian korteks orbitifrontal, yang sering dikaitkan dengan kecanduan.
Hebatnya, penggunaan ganja juga menunjukan konektivitas yang lebih baik antara bagian-bagian lain dari otak, dibandingkan dengan yang tidak menggunakan. Namun, peningkatan konektivitas ini hanya pada awal-awal pemakaian.
Jika sudah kecanduan dalam jangka waktu lama sekitar enam sampai 10 tahun, pecandu ganja akan mengalami kerusakan pada struktur otak.
Perbedaan otak yang menggunakan ganja mungkin ada hubungannya dengan THC (tetrahydrocannabinol) yang merupakan bahan kimia psikoaktif utama dalam ganja. THC dapat mempengaruhi reseptor cannabinoid di otak, yang berfungsi mengatur fungsi makan, memori dan suasana hati.
"Kami menemukan bahwa tidak hanya perubahan dalam struktur, tetapi ada juga kecenderungan perubahan pada konektivitas pada otak", kata penulis Francesca Filbey, seorang profesor di School of Behavioral and Brain Sciences di University of Texas di Dallas.
Meningkatnya konektivitas otak, lanjut dia, akibat hilangnya volume materi abu-abu di daerah itu. Tak hanya itu para pemuda yang sudah kecanduan ganja di saat remaja akan berpengaruh pada pendidikannya.
Otak akan sulit menerima informasi berupa pelajaran sehingga cenderung terbelakang di bidang pendidikan dibanding teman seusianya yang tidak mengonsumsi ganja. (Foxnews)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Anak Rentan DBD Sepanjang Tahun! Ini Jurus Ampuh Melindungi Keluarga
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental