Suara.com - Liburan Natal dan akhir tahun telah tiba, sebagian tetap berlibur di rumah, sementara sebagian lainnya memilih berlibur ke luar kota mencari suasana baru untuk menghilangkan kejenuhan hidup di kota besar.
Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB dari FKUI-RSCM mengatakan bahwa waktu liburan harus dimanfaatkan sebaik mungkin agar lebih sehat.
"Jadi, bukan sebaliknya pasca-liburan malah jatuh sakit," jelasnya dalam email yang diterima suara.com, Kamis (25/12/2104).
Untuk yang masih sekolah dan kuliah, lanjut lelaki yang akrab disapa Dokter Ari, liburan merupakan waktu yang tepat untuk beristirahat dari beban sekolah atau kuliah yang banyak setiap harinya. Begitu juga dengan beban kemacetan saat berangkat dan pulang sekolah.
Oleh karena itu, liburan harus membuat seseorang rileks dan terhindar dari berbagai permasalahan sehari-hari sehingga tubuh tetap selalu sehat. "Karena dengan rileks, tingkat stres berkurang tubuh juga menjadi lebih sehat," imbuh Ari yang juga dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini.
Meski demikian, ia berpesan untuk selalu waspada bahwa aktifitas liburan dapat membuat seseorang menjadi tidak sehat. Kelelahan saat berlibur, lanjut Ari, menjadi alasan mengapa seseorang harus memeriksakan diri ke dokter sepulang dari liburan.
You are what you eat
Nah, salah satu keluhan yang bisa terjadi pasca-liburan, kata Ari, adalah gangguan pencernaan seperti sakit maag atau mengalami diare. keluhan ini terjadi, karena selama liburan orang cenderung tidak terlalu peduli dengan makanan atau minuman yang dikonsumsinya.
Padahal, selain faktor kebersihan makanan, tambah Ari, kualitas makanan yang dikonsumsi juga harus diperhatikan. "Pasien umumnya bisa memastikan bahwa kenapa mereka diare. Karena biasanya, timbulnya diare setelah mengonsumsi makanan tertentu," jelasnya.
Ari menjelaskan bahwa makanan yang bisa memicu diare antara lain makanan yang mengandung sea food atau makanan pedas. Perlu diketahui, sea food, kata Ari, biasanya di simpan dalam ice box atau kulkas.
Nah, masalah bisa muncul jika sea food tidak tersimpan dalam kondisi dingin atau beku. Hal ini, menurut Ari, akan menyebabkan kondisi sea food mudah rusak.
Kondisi inilah yang menyebabkan seseorang rentan menderita diare bila menyantap sea food yang rusak tersebut. "Diare terjadi biasanya dalam waktu 6-8 jam setelah mengonsumsi sea food," jelasnya.
Selain sea food, lanjut Ari, makanan pedas juga bisa memicu diare. "Ada satu pasien yang bercerita bahwa diare beberapa jam setelah mengonsumsi rujak tumbuk yang pedas," jelasnya memberikan contoh.
Tak hanya itu, keripik dengan level pedas tertentu yang saat ini menjadi makanan favorit terutama di kalangan muda, juga bisa menyebabkan keluhan yang sama. Yah, keripik super pedas, kata Ari, bisa memicu gangguan pencernaan.
Ia mengungkapkan bahwa beberapa pasien yang pernah ditanganinya mengalami gangguan pencernaan setelah mengonsumsi keripik pedas. Mereka biasanya mengalami rasa perih dan panas di daerah ulu hati setelah mengonsumsi keripik pedas dengan level tertentu. "Pada pasien yang kebetulan sudah menderita ambeien akan merasakan duburnya terasa panas setelah mengonsumsi kripik pedas tersebut," ujarnya.
Selain makanan pedas, Ari melanjutkan, makanan berlemak, kafein dan cokelat yang dikonsumsi berlebihan pun bisa menyebabkan refluks baik refluks esofagus atau bile refluks. "Refluks adalah balik arahnya isi lambung kembali ke kerongkongan atau baliknya empedu dari usus dua belas jari ke lambung," tuturnya.
Selain masalah pencernaan, jumlah kalori yang dikonsumsi juga harus diperhatikan selama liburan. Ari berpesan agar selama liburan berat badan dijaga agar tidak meningkat. Terlebih bagi Anda atau anak-anak yang sudah mengalami kelebihan berat badan.
"Selama liburan anak-anak cenderung berada di depan TV. Nonton TV atau bermain game online, kadang kala disertai mengonsumsi camilan dengan kalori tinggi," jelasnya. Kebiasaan buruk inilah, kata Ari, yang menyebabkan berat badan mudah bertambah. Karenanya, kebiasaan tak sehat itu harus dihindari.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat