Suara.com - Kini tak hanya orang dewasa yang memanggul tas ransel berukuran besar. Anak-anak sekolah dasar bahkan mulai dibebani dengan banyaknya buku yang harus dibawa setiap hari dalam seonggok tas ransel.
Padahal kebiasaan ini bisa mengganggu tumbuh kembang anak, salah satunya mempengaruhi tingkat konsentrasi anak saat menerima pelajaran.
Hal ini terungkap melalui sebuah penelitian 2010 yang dilakukan University of California, San Diego. Temuan menunjukkan bahwa beban berlebihan di punggung, karena penggunaan tas terlalu berat bisa menyebabkan nyeri punggung pada anak-anak.
Studi lain pada 2011 juga menunjukkan bahwa sepertiga anak usia 11 sampai 14 melaporkan nyeri punggung.
Dr. Karen Jacobs, profesor klinis dari Boston University dan juru bicara American Occupational Therapy Association (AOTA) berpendapat bahwa kebiasaan ini bisa memicu sakit kepala pada anak dan sulit konsentrasi di sekolah.
"Sejak 1998 kami melihat banyaknya anak-anak yang membawa tas punggung yang besar dan berat. Tas itu bisa mengganggu proporsi tubuh anak dan membuat pertumbuhannya tidak sempurna," katanya.
Lalu berapa beban tas yang tergolong berat bagi anak-anak? Jacobs mengatakan bahwa riset menunjukkan berat ideal untuk tas sebaiknya tidak lebih dari 10-20 persen berat anak. Hal ini dilakukan untuk mencegah nyeri punggung atau masalah lain yang timbul dari penggunaan tas terlalu berat.
"Untuk anak SD yang beratnya 25-30 kilogram berarti hanya boleh membawa tas seberat 2.5 atau 3 kg," imbuhnya.
Jacobs juga mengingatkan para orangtua agar memastikan sang anak hanya membawa barang-barang yang ia butuhkan selama di sekolah. Untuk air minum misalnya, agar tak menambah beban tas anak, Jacobs menyarankan agar anak membawa botol kosong dan mengisinya di sekolah.
Selain itu penting bagi orangtua memilihkan tas punggung yang sesuai dengan postur tubuh anak untuk menghindari nyeri yang ditimbulkan akibat tekanan yang tidak pas. (Time)
Berita Terkait
-
Winter Festival JEYC Jadi Ruang Belajar Holistik bagi Tumbuh Kembang Anak
-
Dari ISPA hingga Trauma: Ancaman Ganda yang Mengincar Anak di Wilayah Bencana
-
Banjir Sumatera: IDAI Soroti Krisis Air Bersih dan Lonjakan Penyakit Menular pada Anak
-
IDAI Ingatkan: Dalam Situasi Bencana, Kesehatan Fisik hingga Mental Anak Harus Jadi Prioritas
-
Hasil Penelitian: Nutrisi Tepat Sejak Dini Bisa Pangkas Biaya Rumah Sakit Hingga 4 Kali Lipat
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit