News / Nasional
Senin, 01 Desember 2025 | 16:27 WIB
Krisis air bersih pascabanjir Sumatera. [ANTARA/Hayaturrahmah]
Baca 10 detik
  • IDAI mengadakan *Media Briefing* menyoroti dampak bencana hidrologi Sumatera Barat terhadap anak rentan dan krisis air bersih.
  • Hingga 28 November 2025, empat anak dilaporkan meninggal akibat bencana yang melanda 14 kabupaten/kota tersebut.
  • IDAI menangani peningkatan kasus ISPA dan diare pada pengungsi, serta menyediakan MPASI dan penanganan trauma psikologis.

Suara.com - Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menggelar Media Briefing bertajuk “Tanggap Darurat Bencana” untuk merespons bencana hidrologi yang melanda Sumatera Barat. Dalam laporannya, IDAI menyoroti dampak serius bencana terhadap kelompok rentan, khususnya anak-anak, serta krisis air bersih yang meluas.

Ketua IDAI Cabang Sumatera Barat, Dr. Asrawati, M. Biomed, Sp.A, Subsp.T.K.P.S(K), FISQua, menyampaikan bahwa hingga 28 November 2025 tercatat empat anak menjadi korban jiwa akibat bencana ini.

“Dari data yang kami kumpulkan, korban anak terakhir tercatat 4 orang, dengan rincian 2 dari Padang, 1 dari Pasaman Barat, dan 1 belum teridentifikasi,” jelas Dr. Asrawati, Senin (1/12/2025).

Gubernur Sumatera Barat telah menetapkan masa tanggap darurat bencana hidrologi mulai 25 November hingga 8 Desember 2025. Bencana ini berdampak hampir di seluruh wilayah, mencakup 14 kabupaten/kota, dengan lokasi terdampak terberat di Kota Padang, Kota Solok, Kabupaten Solok, Padang Pariaman, Kota Pariaman, dan Kabupaten Agam. Kabupaten Pasaman sempat terisolasi akibat putusnya akses dari Padang Pariaman.

Ketua IDAI Cabang Sumatera Barat, Dr. Asrawati, M. Biomed, Sp.A, Subsp.T.K.P.S(K), FISQua. (tangkap layar)

Kasus Kesehatan Anak Meningkat

Tim Satgas Bencana IDAI Sumatera Barat menemukan peningkatan kasus penyakit pada anak-anak di pengungsian, terutama Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), diare, dan penyakit kulit. Di Kota Padang, kerusakan mesin PDAM menyebabkan pasokan air mati total, sehingga distribusi air hanya difokuskan ke rumah sakit. IDAI turut membantu penyediaan air bersih bagi warga terdampak dan pemerintah.

Selain itu, IDAI menyediakan dapur umum untuk Makanan Pendamping ASI (MPASI) guna memastikan bayi tetap menerima nutrisi memadai. Penanganan trauma anak juga menjadi prioritas, termasuk kegiatan bermain untuk meringankan dampak psikologis.

“Kami bermain dengan anak-anak supaya mereka ceria. Trauma ini harus diatasi karena berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan di masa depan,” ungkap Dr. Asrawati.

Di Kabupaten Agam, situasinya lebih memprihatinkan. Korban tewas dilaporkan mencapai 80 orang, dengan banyak korban lain belum ditemukan. Akses menuju wilayah terisolir di Lubuk Basung baru mulai terbuka, dan IDAI berencana mengirim tim ke lokasi pada Rabu mendatang karena kebutuhan mendesak.

Baca Juga: Misteri Kayu Gelondongan Hanyut saat Banjir Sumatera, Mendagri Tito Siapkan Investigasi

Di pengungsian, jumlah anak yang terdampak cukup besar. Contohnya, SD Lambeh menampung 200 pengungsi, 70 di antaranya anak-anak, dan Musholla Tabu menampung 212 jiwa, 63 di antaranya anak-anak. Titik-titik ini sangat rawan masalah kesehatan.

Sementara itu, di Kabupaten Solok, distribusi bantuan spesifik untuk anak masih terkendala karena akses jalan terbatas. Kebutuhan mendesak meliputi air bersih, sembako, dan pakaian.

“Kami siap menyediakan air bersih, tetapi kendala utama adalah pengangkutan ke lokasi karena akses jalan terputus,” ujar Dr. Asrawati.

Tim Satgas Bencana IDAI terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Sumatera Barat untuk menyalurkan bantuan obat-obatan, logistik, dan tenaga medis ke titik-titik bencana yang sulit dijangkau.

Reporter: Safelia Putri

Load More