Suara.com - Akhir-akhir ini, perdebatan mengenai efektivitas masker N95 dengan masker biasa untuk menyaring partikel asap bencana kebakaran hutan ramai di media sosial. Sebagian besar warga yang terkena dampak asap mengeluhkan manfaat masker bedah biasa karena dianggap tak efektif.
Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Ahmad Yurianto menjelaskan bahwa Kemeterian Kesehatan bukan tak mau memberikan bantuan masker N95 kepada warga yang terkena dampak akibat kabut asap. Namun masker N95 sendiri tidak diproduksi di Indonesia dan masih diimpor dari negara lain.
"Kita nyari masker N95 masih inden dari negara lain. Karena di Indonesia tidak ada yang bikin masker itu. Datang 2000 pcs kita kirim ke daerah yang membutuhkan, 3000 pcs datang langsung kirim," ujar Ahmad pada temu media di Jakarta, Senin (12/10/2015).
Lebih lanjut Ia menjelaskan bahwa umumnya, masker ini digunakan para petugas laboratorium yang bersentuhan langsung dengan zat-zat kimia beracun atau petugas medis yang berinteraksi langsung dengan pasien yang mengidap infeksi menular.
"Oleh karena itu tidak dibutuhkan dalam jumlah banyak," imbuhnya.
Saat ini pihaknya bahkan telah meminta WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia untuk membantu menyediakan 8000 masker N95. Namun sembari menunggu, bukan berarti masyarakat tidak perlu memakai masker bedah (biasa) yang telah dibagikan di tiap daerah.
"Masker N95 atau masker bedah sama-sama memiliki manfaat untuk menyaring partikel asap. Tapi memang kalau bicara efektivitas, N95 lebih efektif. Tetapi kemudian apa harus nunggu N95 lalu gak usah pake masker?" ujarnya.
Sementara itu dokter spesialis Paru dari RS Persahabatan, Agus Dwi Susanto mengatakan bahwa penggunaan masker N95 yang salah juga bisa mempengaruhi kemampuan penyaringan. Dalam artian, teknik dan cara penggunaan masker ini harus diperhatikan.
"Jika penggunaannya tidak tepat maka manfaatnya hampir sama dengan penggunaan masker bedah biasa," ujarnya di kesempatan yang sama.
Oleh karena itu, Ia mengimbau agar masyarakat tetap menggunakan masker bedah (biasa) yang telah dibagikan serta melakukan upaya pencegahan primer lainnya, seperti menjalani pola hidup sehat.
"Masker menjadi hal utama tapi jika pencegahan lain tidak dilakukan, hasil juga tak akan optimal. Pakailah masker, apapun jenisnya dan tingkatkan sistem kekebalan tubuh," kata dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 5 Pilihan HP Snapdragon Murah RAM Besar, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan