Suara.com - Masyarakat yang menjadi korban asap dari kebakaran hutan dan lahan di daerah Sumatera dan Kalimantan perlu diperiksa kesehatan secara seksama, karena asap tersebut bisa menjadi pemicu kanker.
"Dampak dari menghirup asap ini bukan saat ini tapi dalam jangka panjang dan baru dirasakan 5-10 tahun mendatang, untuk itu perlu penanganan kesehatannya dengan baik," kata Rektor Universitas Pancasila Wahono Sumaryono disela acara Pharmacy Fair di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta, Minggu.
Untuk itu kata dia para korban asap ini perlu perbaikan mutu gizi dan pola hidup yang sehat untuk menjaga kesehatannya sehingga bisa terhindar dari berbagai penyakit. "Konsumsi buah-buahan, sayuran, vitamin dan mineral perlu terus dilakukan agar tubuh tetap bugar dan sehat," katanya.
Mantan Dekan Farmasi Universitas Pancasila ini mengatakan mereka yang rawan terdampak asap ini menjadi penderita kanker ini adalah anak-anak, para usia lanjut dan juga ibu hamil, karena kondisi kekebalan tubuh mereka yang kurang.
Ia mengatakan dampak dari asap yang terihisap masyarakat bisa menganggu kesehatan pernafasan, gangguan hidung sampai paru-paru dan juga maat. Saat ini korban asap telah banyak yang menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan juga gangguan mata.
Hal senada dikatakan oleh Guru Besar Farmasi Universitas Pancasila (UI) Yahadiana yang mengatakan faktor lingkungan yang buruk termasuk kabut asap bisa menjadi pemicu kanker, walaupun pembuktiannya baru bisa diketahui dalam jangka panjang.
"Penyebab kanker dipengaruhi oleh faktor lingkungan mencapai 90-95 persen, sedangkan faktor genetik penyebab kanker hanya 5-10 persen," katanya.
Untuk itu kata dia pemerintah perlu melakukan pemeriksaan kesehatan kepada masyarakat yang terkena dampak kabut asap akibat kebakaran hutan dengan melakukan pemeriksanaan DNA kesehatan secara random.
Dikatakannya masyarakat di Sumatera dan Kalimantan yang terkena kabut asap cukup lama pada saat ini dan juga beberapa tahun sebelumnya menyebabkan mereka mudah terkena berbagai penyakit. [Antara]
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan