Suara.com - Tanya:
Selamat sore Dokter,
Halo Dok, mengapa saya kesulitan bernapas ketika makan sehingga saya terpaksa menguap dan menghela napas agar bisa bernapas? Sebelumnya saya pernah mengalami kejadian seperti ini ketika SMA, namun tidak pernah kambuh hingga pertengahan tahun ini. Kira-kira apa penyebabnya, Dok? Aktivitas saya mulai terganggu karena kondisi ini.
Apriyani Firman
Jawab:
Selamat sore Apriyani Firman,
Kami memahami kekhawatiran yang Anda rasakan. Kami menduga Anda mengalami sindroma dispepsia. Kami akan menjelaskan mengenai peningkatan asam lambung atau disebut sindrom dispepsia.
Sindroma dispepsia merupakan suatu kumpulan gejala saluran cerna terdiri dari perut kembung, terasa penuh, sesak ketika makan atau setelah makan, sehingga mudah kenyang, perut perih di bagian atas (ulu hati), sering bersendawa, mual, muntah dan lainnya.
Dyspepsia biasanya disebabkan oleh penyakit ulkus lambung atau kelebihan asam lambung. Pengobatan sindrom dispepsia sangat tergantung dari penyebabnya.
Awalnya, Anda dapat mengonsumsi obat anti asam lambung yang berisikan antasid untuk meredakan gejala. Selain dengan pemberian obat anti asam lambung secara teratur, kami sarankan sebaiknya Anda menjaga pola makannya dengan makan lebih sering dalam porsi kecil dan teratur, menghindari makanan pedas, asam, alkohol, kopi, soda, dan makanan yang dapat merangsang pengeluaran gas seperti kol dan menghindari obat-obatan yang menimbulkan luka pada lambung seperti aspirin.
Selain itu, stres psikis juga harus dihindari karena dapat memicu pengeluaran asam lambung yang berlebihan.
Jika terapi tersebut telah dilakukan, tapi tetap tidak ada perbaikan, kami menyarankan Anda melakukan konsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam.
Keluhan sesak napas yang Anda alami bisa jadi bagian dari penyakit ini atau merupakan bagian lain dari penyakit seperti paru atau jantung. Namun untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan langsung oleh dokter.
Ceritakanlah dengan lengkap keluhan yang dirasakan agar Anda mendapatkan tatalaksana yang optimal.
Kami juga tidak menyarankan Anda untuk membeli obat secara bebas di apotek tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Semoga bermanfaat, ya. Terima kasih.
Dijawab oleh dr. Rahajeng A.P (Konselor ASI)
Sumber: www.meetdoctor.com
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif