Suara.com - Anda tentu sudah sering mendengar adanya alergi debu atau susu, tapi pernahkah Anda mendengar kasus alergi celana dalam?
Pakar alergi, Tim Mainardi dari Hudson Allergy di New York, AS mengatakan bahwa ada beberapa jenis alergi langka yang diam-diam berbahaya. Berikut adalah beberapa jenis alergi langka dan cara penanganannya.
1. Celana dalam
Pada orang yang memiliki alergi celana dalam biasanya terkait dengan jenis dermatitis seperti ruam dan gatal. Bahan atau zat pewarna tertentu pada celana dalam kerap tak cocok dengan jenis kulit sebagian orang. Akibatnya muncul keluhan alergi yang kadang cukup menyiksa.
Mainardi mengatakan cara terbaik untuk mengatasinya adalah memilih bahan kain organik atau jenis celana dalam yang tidak menggunakan lateks dan rendah risiko alerginya.
2. Udara dingin
Mungkin sebagian di antara Anda ada yang tak kuasa menahan suhu dingin lalu muncul keluhan gatal-gatal setelahnya. Hal ini terjadi karena adanya pelepasan histamin pada orang yang alergi udara dingin.
Cara mengatasi jenis alergi ini tentunya dengan menghindari paparan langsung dengan udara dingin dan mengonsumsi obat-obatan antihistamin.
3. Olahraga
Ya, ada sebagian orang yang tubuhnya seketika bereaksi saat berolahraga. Biasanya reaksi alergi bermula dengan kenaikan suhu tubuh yang diikuti dengan gatal-gatal dan ruam di permukaan kulit. Peneliti menduga jenis alergi satu ini terkait dengan konsumsi makanan sebelum berolahraga. Misalnya mengonsumsi gandum sebelum olahraga dilaporkan memicu keluhan alergi ini.
4. Air
Anda tak percaya? Ya, kasusnya pun sangat langka. Alergi air terjadi pada 1 dari 250 juta orang. Meski demikian belum diketahui penyebab pasti dari jenis alergi ini. Biasanya penderita alergi air akan mengalami gatal dan ruam ketika bersentuhan dengan air. Menariknya tak semua jenis cairan menimbulkan keluhan alergi ini. Beberapa orang yang alergi air belum tentu juga mengalami reaksi yang sama ketika terpapar alkohol atau minyak.
Jika Anda merasa memiliki alergi, konsultasikan dengan dokter sebelum menjalani pengobatan apapun. (Foxnews.com)
Berita Terkait
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Misteri Penyakit Kulit Jokowi, Sebulan Lebih Masih Tampak Radang
-
70% Orang Tua Khawatir Alergi Makanan Anak! Ini Pilihan Nutrisi Tepat dan Dukungan yang Dibutuhkan
-
Rahasia Rumah Bebas Alergi: Temukan Sudut-Sudut Kotor yang Sering Terlupakan!
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?