Suara.com - Tentu Anda sudah terbiasa mendengar metode pengobatan kanker mulai dari kemoterapi, radiasi hingga operasi. Namun dari semua jenis pengobatan tersebut, sangat sedikit jumlah pasien yang bisa sembuh dan terbebas dari penyakit mematikan ini.
Belum lagi efek yang harus dirasakan pasien saat menjalani pengobatan konvensional ini. Bahkan dampak terburuk dari penanganan kanker melalui metode operasi ditengarai dapat memicu sel kanker semakin agresif dalam menyerang.
Banyak pula bukti yang menunjukkan bagaimana metode kemoterapi merontokkan sistem pertahanan tubuh pasien. Pasalnya, perjalanan obat kemoterapi melalui seluruh tubuh sehingga membuat sel-sel sehat ikut rusak.
Melihat besarnya efek yang ditimbulkan pengobatan kanker konvensional, FUDA Cancer Hospital di China pun menawarkan terobosan terkini dalam melawan kanker, menggunakan metode Cryosurgery.
President FUDA Cancer Hospital Prof. Niu Lizhi mengatakan bahwa di metode tersebut dokter bedah hanya membuat sayatan tipis untuk memasukkan jarum cryo yang besarnya hanya 5-8mm dan telah dibekukan hingga minus 160 derajat celcius.
"Jarum akan dialiri gas argon sampai membentuk kristal es. Pada saat inilah sel kanker di area tumor kehabisan oksigen karena tak ada sel yang dapat bertahan pada suhu ekstrim seperti ini," ujar Prof Niu pada peluncuran buku 'Catatan Hati Pejuang Kanker' di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (4/9/2016).
Ia menambahkan, setelah menyentuh suhu minus 160 derajat celcius, suhu akan dinaikkan dengan menggunakan gas helium melalui jarum. Ini merupakan tahap pencairan dan suhu akan dinaikkan secara perlahan 20-40 derajat celcius.
Pada kondisi inilah, lanjut Prof Niu, sel imun tubuh akan bereaksi karena sel kanker sudah mati sehingga lebih mudah bagi mereka untuk menghabisi sel kanker sampai ke akarnya.
"Cryosurgery dapat diaplikasikan untuk semua jenis kanker, baik yang berukuran kecil maupun besar. Sudah lebih dari 10 ribu kasus kanker kami tangani menggunakan metode Cryo," tambahnya.
Melalui metode ini, kata Prof Niu, pasien hanya merasakan luka yang sangat kecil. Waktu pemulihan juga lebih cepat karena minim sayatan.
"Yang mati hanya sel kanker. Berbeda sekali dengan radioterapi. Ini minimal invasi karena tidak perlu operasi melainkan hanya tusukan jarum kecil sekali," pungkasnya
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara