Suara.com - Ketika sistem kekebalan tubuh bergulat dengan penyakit, hal itu akan menguras energi sehingga menimbulkan kelelahan. Sebuah penelitian mengungkapkan, kelelahan merupakan gejala umum. Kelelahan datang dalam rasa yang berbeda.
"Ada kelelahan fisik, tetapi juga kelelahan emosional dan kelelahan psikologis. Orang-orang meremehkan efek stres psikologis pada tingkat energi, tapi kalau dipikir-pikir, setelah stres yang hilang, mereka menyadari bahwa itu membuat mereka sangat lelah," kata Dr Anne Cappola, gelar M.D., dari University of Pennsylvania Divisi Endokrinologi, Diabetes, dan Metabolisme.
Menurutnya, ada sejumlah penyakit yang kelelahan merupakan gejala utama. Berikut beberapa diantaranya yang dapat membantu Anda untuk mengidentifikasikan.
Tiroid kurang aktif dapat menyebabkan kelelahan
Dr. Cappola mengatakan ini adalah salah satu dari dua kondisi yang berhubungan dengan kelelahan yang paling sering ditemui. Tiroid adalah kelenjar kecil yang terletak di pangkal leher yang mengatur segala sesuatu dari tingkat energi untuk metabolisme dan fungsi kekebalan tubuh.
Sementara kekurangan energi cenderung menjadi gejala pertama dan paling menonjol dari tiroid kurang aktif, berat badan, sembelit, kulit kering, dan merasa dingin sepanjang waktu terkait gejala yang harus diwaspadai.
Adrenal insufisiensi dapat menyebabkan kelelahan
Sementara kondisi ini kurang umum daripada hipotiroidisme, Dr. Cappola mengatakan itu adalah gangguan endokrin kedua yang sering ditemui ketika pasien mengeluh kelelahan.
"Ini adalah penyakit di mana kelenjar adrenal tidak bekerja dengan baik, dan sehingga tidak membuat cukup kortisol," jelasnya.
Dia mengatakan pusing, penurunan berat badan, sakit perut, diare, dan hiperpigmentasi atau bercak kulit yang sedikit lebih gelap dari sisa kulit. Semua itu adalah gejala yang terkait.
Sindrom Kelelahan kronis dapat menyebabkan kelelahan
Ciri khas dari penyakit ini, juga dikenal sebagai encephalomyelitis myalgic, adalah kelelahan ekstrim. Seperti, jenis kelelahan yang membuat hampir semua tugas rutin mustahil dilakukan.
Kira-kira 25 persen dari penderita terbaring saja di tempat tidur. Sakit, nyeri dan berpikir berkabut menjadi gejala umum di antara penderita. (Men Health)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Ivan Gunawan Blak-blakan: Dijauhi Teman Pesta Usai Hijrah dan Risih Dipanggil 'Haji'
-
5 Prompt AI Viral: Ubah Fotomu Jadi Anime, Bareng Idol K-Pop, Sampai Action Figure
-
Media Belanda Julid ke Eliano Reijnders yang Gabung Persib: Penghangat Bangku Cadangan, Gagal
-
Sudah di Indonesia, Jebolan Ajax Amsterdam Hilang dari Skuad
-
Harga Emas Antam Tembus Paling Mahal Hari Ini, Jadi Rp 2.115.000 per Gram
Terkini
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA