Suara.com - Di musim penghujan seperti saat ini, banyak penyakit mengintai kita, salah satunya adalah infeksi leptospirosis.
Leptospirosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri leptospira, dan bakteri ini bisa menyerang baik hewan maupun manusia. Penyakit ini merupakan penyakit musiman dan banyak ditemukan laporan kasus ini pada musim hujan di negara tropis dan pada awal musim gugur di negara dengan empat musim.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kasus leptospirosis yang banyak, menempati peringkat ketiga terbanyak kematian akibat leptospirosis.
Infeksi ini menyebar di hampir seluruh Indonesia dengan angka kejadian terbanyak bersamaan dengan musim hujan dan banjir.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gejala dari serangan bakteri ini, hellosehat.com mengupas lebih lanjut mengenai leptospirosis.
Bagaimana cara penularan leptospirosis?
Leptospirosis ditularkan melalui kontak dengan air, tanah, atau lumpur yang telah terkontaminasi oleh urin binatang yang terinfeksi leptospira.
Kontak yang lama dengan genangan air yang terkontaminasi urin atau minum air yang telah terkontaminasi juga dapat menyebabkan seseorang terinfeksi. Kadang-kadang, gigitan binatang yang terinfeksi juga dapat menyebabkan penularan.
Tikus, anjing, babi, dan sapi merupakan binatang yang dapat menularkan leptospirosis. Penularan dari manusia ke manusia jarang dilaporkan.
Bakteri ini selanjutnya dapat masuk melalui kulit yang terluka, atau selaput lendir pada mata, hidung, bibir, dan mulut. Orang dengan risiko tinggi tertular leptospirosis adalah pekerja di sawah, pertanian, perkebunan, peternakan, pekerja tambang, atau dokter hewan
Apa tanda dan gejala leptospirosis?
Masa inkubasi leptospira berkisar sekitar 7-14 hari (rata-rata 10 hari), dan gejala yang dapat timbul antara lain:
1. Demam menggigil yang mendadak
2. Nyeri kepala
3. Pegal-pegal
4. Nyeri otot, gejala khas yaitu nyeri tekan pada otot betis
5. Nyeri perut, mual dan muntah
6. Iritasi dan kemerahan pada mata disertai fotofobia (takut terhadap cahaya)
7. Ruam pada kulit
Pada kebanyakan orang, gejala ini dapat menghilang dalam waktu 5-7 hari, namun pada sekitar 10 persen pasien dapat jatuh ke kondisi leptospirosis yang berbahaya.
Apakah leptospirosis berbahaya?
Sekitar 10 persen leptospirosis akan berlanjut ke kondisi lebih parah yang disebut dengan penyakit Weil, biasanya terjadi setelah 1-3 hari gejala yang lebih ringan timbul. Gejala yang timbul berupa:
1. Demam kuning, dapat dilihat dari kulit dan mata yang menguning disertai pembesaran hepar dan limfa.
2. Gagal ginjal, kematian sel ginjal.
3. Perdarahan spontan, mimisan, bintik-bintik perdarahan di kulit. Apabila ada keterlibatan paru, pasien dapat mengeluh sesak napas, nyeri dada, dan batuk berdarah.
Pada 50 persen penderita dengan leptospirosis berat, infeksi dapat menyebar ke otak sehingga menyebabkan meningitis (peradangan selaput otak) dan ensefalitis (peradangan otak) yang ditandai dengan adanya kaku kuduk, nyeri kepala, muntah, sampai kejang-kejang.
Bagaimana cara mengobati leptospirosis?
Pada kebanyakan kasus, leptospirosis ditemukan dalam kondisi ringan, dilakukan pengobatan dengan menggunakan antibiotik selama 5-7 hari tergantung respon penyakit. Antibiotik harus diberikan secepat mungkin dan harus dihabiskan. Menghentikan antibiotik ketika gejala membaik dapat menyebabkan bakteri yang belum terbunuh menginfeksi kembali.
Obat-obatan penurun panas seperti parasetamol dan ibuprofen juga dapat diberikan untuk mengurangi gejala.
Pada kasus leptospirosis yang berat, penderita harus dirawat dan diobservasi, terkadang juga dibutuhkan alat bantu seperti ventilator untuk membantu pernapasan, dialisis untuk menggantikan fungsi ginjal, dan cairan infus untuk sebagai sumber nutrisi tubuh.
Bagaimana cara mencegah leptospirosis?
Tindakan pencegahan leptospirosis harus berdasarkan pengetahuan akan siapa saja yang berisiko tinggi dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Berikut metode pencegahan yang dapat dilakukan:
Mengontrol sumber infeksi
1. Vaksinasi terhadap binatang peliharaan yang bisa terkena leptospirosis.
2. Berantas binatang liar seperti tikus di lingkungan.
3. Jangan biarkan binatang peliharaan Anda memakan tikus liar.
Mengontrol rute penularan
1. Hindari berenang di sumber air tergenang yang kemungkinan tercemar urin binatang yang terinfeksi leptospirosis.
2. Kenakan alas kaki apabila hendak keluar rumah
3. Pastikan sumber air minum untuk mandi dan minum Anda bersih.
Mencegah infeksi di manusia
1. Vaksinasi pada manusia sejauh ini belum memberikan hasil yang memuaskan.
2. Berikan antibiotik untuk pencegahan bagi mereka yang berisiko tinggi untuk tertular.
Berita Terkait
-
Kemenkes Waspadai Leptospirosis Pascabanjir, Gejalanya Mirip Demam Biasa tapi Bisa Mematikan
-
Puncak Musim Hujan Masih Berlangsung, Gubernur Sumbar Imbau Warga Waspadai Bencana Susulan
-
5 Sepatu Anti-Selip Cocok untuk Musim Hujan, Model Keren Mulai Rp100 Ribuan
-
5 Rekomendasi Lip Balm Anti Bibir Pecah-Pecah untuk Musim Hujan
-
5 Rekomendasi Motor Paling Aman untuk Musim Hujan: Rem Pakem, Ban Anti Slip
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan