Suara.com - Mendapatkan anak yang lahir dengan kelainan bawaan tentu tak mudah diterima oleh pasangan suami-istri. Tantangan tak hanya terkait dengan kematian bayi saat baru lahir, tapi juga dampak diskriminasi yang menimbulkan beban emosional yang sering dialami penyandang kelainan bawaan.
Namun ternyata, kelainan bawaan pada anak bisa dicegah dengan menghindari faktor risikonya. Disampaikan Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan, dr Eni Gustina MPH, salah satu penyebab dari kelainan bawaan adalah pajanan bahan berbahaya dan beracun seperti merkuri, serta pestisida yang banyak digunakan dalam rumah tangga sehari-hari.
Di Brebes dan Bondowoso, dr Eni menjelaskan, menurut penelitian tahun 2013, terdapat peningkatan kematian akibat kelainan bawaan mencapai 12 persen. Penyebabnya diduga adalah paparan pestisida yang seharusnya 18 mikrogram/100 liter udara, namun faktanya di Brebes mencapai 38 mikrogram/100 liter udara.
"Kematian bayi di periode neonatus atau 0-28 hari paling banyak disebabkan karena kelainan bawaan. Kita harus cegah di hulu, karena kalau sudah terlanjur diidap, maka biaya untuk penanganan cukup besar," ujar dia pada temu media di Jakarta, Senin (20/3/2017).
Dalam kesempatan yang sama, Kasubdit Inventarisasi Penggunaan B3 Kementerian Lingkungan Hidup, Ria Rasmayani Damopoli, mengatakan bahwa pestisida merupakan salah satu bahan berbahaya dan beracun karena dapat berdampak pada kesehatan. Pada ibu yang mengandung, paparan pestida menurutnya dapat memicu gangguan pada perkembangan janin.
"Pestida sendiri digunakan pada tanaman, baik sayur atau buah, untuk menghalau hama. Namun efeknya negatif terhadap kesehatan (manusia)," ujar Ria.
Ia pun memberikan tips memilih sayur dan buah yang bebas dari pestisida. Ria mengatakan, sayur dan buah yang mengandung residu pestisida cenderung lebih segar dan bebas dari lubang bekas gigitan ulat.
"Kalau sayur dan buah yang masih ada ulatnya atau ada bolong-bolong bekas gigitan ulat, berarti memang bebas pestisida. Karena pestisida kan gunanya menghalau hama atau ulat yang bisa merusak sayur dan buah-buahan. Daya tahan sayur dan buah tanpa pestisida juga cenderung tidak lama," pungkas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan