Suara.com - Dalam klaim sebuah studi diungkapkan, manusia akan kehilangan 30 menit waktu tidur dalam seminggu karena bumi menjadi lebih panas.
Hal tersebut akan menjadi jauh lebih buruk pada 2050, dengan suhu panas yang melonjak dan merampas waktu tidur lebih banyak lagi. Studi tersebut menunjukkan, orang-orang yang tinggal di belahan bumi utara bisa kehilangan hampir setengah jam waktu tidur dalam sebulan jika suhu naik sebanyak 2 celsius.
Studi di AS menemukan, setiap kenaikan derajat dari perubahan iklim akan mengurangi hampir 15 menit waktu tidur per bulan dari seseorang, dengan masalah yang jauh lebih buruk bagi orangtua dan mereka yang tidak memiliki pemanas sentral.
Suhu yang melambung dapat merampas waktu tidur karena suhu tubuh memerlukan suhu rendah untuk tertidur, dengan pelebaran pembuluh darah di kulit yang dapat menyebabkan panas menghilang.
Namun, jika suhu inti manusia lebih hangat saat mereka tertidur, sinyal penting ini tidak bekerja. Orang paruh baya, terutama perempuan pascamenopause, dalam banyak kasus mengalami keadaan buruk dalam mengatur suhu tubuh mereka dam membuat mereka jauh lebih rentan.
"Tidur dengan kualitas baik dianggap peneliti sebagai komponen penting kesehatan manusia. Terlalu sedikit tidur bisa membuat seseorang lebih rentan terhadap penyakit kronis, dan bisa membahayakan kesehatan psikologis dan fungsi kognitif," ungkap penulis utama penelitian, Dr Nick Obradovich dari University of California, San Diego.
"Apa yang ditunjukkan oleh penelitian kami tidak hanya menunjukkan bahwa suhu lingkungan dapat berperan dalam mengganggu tidur, tapi juga perubahan iklim bisa membuat situasi semakin buruk dengan menaikkan tingkat kehilangan tidur," sambungnya.
Lebih lanjut, penelitian menyebutkan, jika suhu Inggris naik 2C pada 2050 seperti perkiraan sebelumnya oleh Kantor Metereologi, hal tersebut akan merampas waktu tidur hingga 42 menit dalam sepekan.
"Sebagai seorang ilmuwan, saya sedikit enggan mengajukan klaim di luar data, namun saya menduga kita akan mengamati dampak perubahan iklim yang sama di Inggris. Kita mungkin, sampai tingkat tertentu, akan melihat dampak yang lebih besar karena banyak negara tidak memiliki AC," tutup pernyataan tersebut.
Hasil penelitian tersebut diterbitkan dalam jurnal Science Advances seperti dilansir dari Dailymail.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental