Kurang tidur memengaruhi produksi testosteron
Testosteron diperlukan untuk reproduksi, dan sebagian besar pelepasan testosteron setiap hari terjadi pada saat tidur.
Peneliti mencurigai bahwa gangguan tidur mengubah ritme testosteron di malam hari, tanpa memengaruhi kadar testosteron secara keseluruhan. Namun faktor gaya hidup lain yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini juga bisa menjelaskan penyebab di balik kurangnya waktu tidur yang menurunkan kualitas sperma.
Misalnya, kebanyakan lelaki pada umumnya memilih untuk begadang demi menyelesaikan deadline pekerjaannya. Stres dari pekerjaan inilah yang juga bisa menjelaskan kenapa kualitas tidurnya memburuk, sehingga kualitas spermanya pun ikut memburuk. Stres telah lama diketahui bisa mengganggu hormon-hormon yang memengaruhi kesuburan.
Di sisi lain, lelaki yang kurang tidur mungkin memilih untuk mengisi waktunya menunggu kembali tidur sambil merokok atau minum alkohol. Beberapa orang akan merokok atau minum alkohol dan berpikir itu akan membantu mereka tertidur lebih cepat.
Nyatanya, penyalahgunaan alkohol berdampak negatif pada kualitas dan produksi sperma, sementara merokok mengganggu motilitas (pergerakan) sperma. Dan tidak hanya itu.
Selain memperlambat keluarnya sperma, penelitian lain menunjukkan bahwa merokok dapat merusak DNA sperma dan meningkatkan risiko impotensi.
Kurang tidur memicu peningkatan antibodi anti-sperma (ASA)
Tim peneliti dari Harbin Medical University menduga bahwa kebiasaan tidur larut malam dan kurangnya waktu tidur dapat memicu peningkatan antibodi anti-sperma (ASA) yang dapat merusak kualitas sperma sehat.
Antibodi anti-sperma adalah protein yang diproduksi oleh sistem imun tubuh. Ini bukanlah penyebab mutlak dari ketidaksuburan pria, tapi efeknya jelas; semakin besar respons sistem imun tubuh Anda melepaskan antibodi ini, semakin kecil kemungkinan kehamilan akan terjadi.
Dengan kata lain, tubuh Anda melacak bagian dari fungsi reproduksi ini sebagai musuh dan mengirim sel pembunuh “alami” yang mengandung antibodi anti-sperma untuk menyerang balik.
Antibodi anti-sperma bekerja dengan cara menghalangi pergerakan sperma, mempersulit sperma untuk melakukan pembuahan, dan menghambat implantasi embrio.
Oleh karena itu, sperma dari lelaki yang punya jumlah antibodi sperma tinggi akan sulit untuk mencapai telur, dan/atau menyuburkan sel telur, mungkin menyebabkan ketidaksuburan.
Antibodi anti-sperma juga bisa merusak sperma yang bertahan, dan ini bisa menyebabkan keguguran. Menariknya, penelitian dari Cina ini juga menemukan bahwa tidur selama lebih dari sembilan jam juga memicu produksi antibodi antispermayang berlebihan, sama seperti halnya tidur malam hanya selama enam jam atau bahkan kurang.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Keuangan WIKA 'Berlumur Darah' Imbas Whoosh, Bosnya Pasrah Merugi
-
Respons Berkelas Dean James usai Bikin Gol Spektakuler ke Gawang Feyenoord
-
Pahitnya Niat Baik: Guru Dipecat Karena Kumpulkan Rp20 Ribu untuk Gaji Honorer
-
Pemerintah Mau 'Bebaskan' Reynhard Sinaga, Predator Seksual Terkejam di Sejarah Inggris
-
Bahlil soal Izin Tambang di Raja Ampat : Barang Ini Ada, Sebelum Saya Ada di Muka Bumi!
Terkini
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak