Suara.com - Anda ingin dipanggil atau disapa sebagai siapa? Bila ditanya seperti demikian rasanya sungguh melegakan, karena menawarkan sebuah kesetaraan. Bahkan membuka adanya pilihan yang merujuk atau mengikuti kemauan kita.
Tetapi di masa kanak-kanak, sekolah, bahkan mungkin hingga dewasa, munculnya nickname, julukan, atau panggilan tak terelakkan. Bila terdengar menyenangkan, bakal membawa nilai-nilai positif bagi yang dipanggil.
Namun sebaliknya, mendapatkan julukan tak mengenakkan bakal membawa kekesalan dan berdampak secara psikologis pula.
Henry Habimana, seorang pensiunan guru, menyatakan kepada The New Times, Rwanda bahwa, “Nickname berdampak terhadap rasa percaya diri anak-anak. Nama berbau negatif bakal menjatuhkan si anak. Mereka sangat terganggu dan marah, bisa mempengaruhi konsentrasi di kelas bahkan performa secara keseluruhan.”
Sementara John Malouff, PhD, JD, Associate Professor of Professor di salah satu universitas Australia berkisah, “Seorang teman saya, meski lelaki dijuluki “Nenek”. Bertahun-tahun kemudian dia memberi tahu saya, bahwa panggilan itu merusak harga dirinya. Sebagai seorang psikolog, hal ini tampak jelas bagi saya sekarang. Tetapi dahulu tidak pernah terpikirkan. Untungnya, saya memiliki kebiasaan memberikan nama panggilan yang positif, bahkan memberi julukan pada diri sendiri: Jaunty John.”
Dua pendapat ini sangat mencerahkan, mengingat masa kecil sampai remaja adalah saat-saat krusial pertumbuhan mental.
Penulis sendiri bersyukur, mendapatkan nama panggilan supportively dari pihak keluarga, semasa sekolah dan kuliah, bahkan sampai di tempat bekerja. Pengecualian terjadi di akhir masa SMP. Hanya dilakukan satu orang, yang tega memanggil dengan sebutan kurang pantas.
Dan tetap menyimpan nama itu sampai puluhan tahun. Terasa mengganggu pihak yang dipanggil, namun si pemberi julukan enggan mengubahnya. Satu-satunya cara adalah terus-terang menyampaikan keberatan.
Bagaimana pun, si empunya nama adalah orang yang paling berhak atas namanya sendiri. Jangankan julukan, bahkan untuk mengubah nama lahir pun negara memberikan dukungan ini. Contohnya Inggris.
Baca Juga: Mariah Carey Tak Ingin Konsernya di Borobudur Ada Opening Act
Pemerintahan Britania Raya mengenal deed poll. Yaitu sebuah proses pengubahan nama secara legal, yang mengakomodasi penggantian semua bagian nama, sebagian, menambah atau mengurangi, juga mengganti ejaannya. Untuk alasan apapun, termasuk hal pribadi, semisal tidak merasa cocok dengan nama lahir.
Kembali kepada pemberian julukan atau panggilan, memberi makna positif dan harapan kepada pihak yang diberi nama adalah sebuah hal penting lagi mendasar.
“Karena kita memberikan nilai dan identifikasi lewat nama itu sendiri, dan inisial atau julukan, logikanya merujuk kepada hal yang familiar atau secara umum menggambarkan sosok ini,” tulis Maria Konnikova, di The New Yorker.
Ingin tahu soal rasa sayang para sahabat dengan memberikan julukan kepada kita, silakan menuju ke Dewiku.com
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Klaim Gugatan Tutut Seoharto Sudah Dicabut, Tapi Perkara Masih Aktif
-
Kepsek Roni Ardiansyah Akhirnya Kembali ke Sekolah, Disambut Tangis Haru Ratusan Siswa
-
Bukan Cuma Joget! Kenalan dengan 3 Influencer yang Menginspirasi Aksi Nyata untuk Lingkungan
-
Heboh! Rekening Nasabah Bobol Rp70 Miliar di BCA, OJK dan SRO Turun Tangan, Perketat Aturan!
-
Emiten Sejahtera Bintang Abadi Textile Pailit, Sahamnya Dimiliki BUMN
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan