Suara.com - Kerja di Kantor Bikin Orang Tambah Gemuk, Studi Ini Jelaskan Penyebabnya
Merasa kamu menjadi lebih gemuk semenjak bekerja? Menurut studi, tempat kerja ternyata berperan dalam membuat seseorang menjadi gemuk.
Memasuki waktu siang ke sore, tak lengkap rasanya bila tak menyertakan camilan saat santai di kantor. Tapi di Amerika Serikat, sekelompok peneliti mendesak perusahaan memperketat peraturan makanan, tentang apa yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi di area kantor.
Saran ini bertujuan untuk mengatasi obesitas yang semakin mengkhawatirkan.
Dilansir Suara.com dari New York Post, dikatakan ada lebih dari 23 persen pekerja yang membeli atau menyimpan makanan berkalori di kantor yang tidak bermanfaat bagi tubuh.
"Jenis makanan yang biasanya dikonsumsi di tempat kerja itu antara lain pizza, kue tar, brownies, gorengan, atau makanan manis lainnya," tulis penelitian yang diterbitkan Jurnal Akademi Nutrisi dan Diet.
Studi tersebut juga menjelaskan adanya kaitan antara kebiasaan ngemil di kantor dengan kenaikan berat badan.
Dikatakan, sekitar 150 juta orang Amerika Serikat menghabiskan sebagian besar waktu mereka di tempat kerja untuk ngemil terutama di waktu sore.
Di sisi lain, penelitian itu juga mengatakan bahwa iklan makanan cepat saji semakin meracuni pikiran dan kemudahan mengakses makanan membuat masyarakat semakin sulit untuk lepas dari camilan.
Baca Juga: Penyanyi Dangdut Seksi Lakukan Aksi Heboh Ini Saat Manggung
Penelitian tentang makanan di tempat kerja dimulai dengan data dari lebih 5.000 orang pekerja dewasa.
Semua makanan yang mereka konsumsi dicatat, untuk kemudian diteliti. Data sendiri dikumpulkan antara April 2012 sampai Januari 2013.
Studi juga memberi peringkat mengenai makanan dan minuman apa saja yang paling umum dipesan di tempat kerja.
Misalnya kopi yang menjadi menu paling banyak dipesan atau sekitar 849 kali pesanan dalam seminggu.
Kemudian minuman ringan dipesan sebanyak 511 kali dan sandwich, yang paling banyak dikonsumsi ketiga, dipesan 317 kali selama seminggu.
Secara keseluruhan, peserta studi makan atau minum hampir 6.850 jenis di tempat kerja. Karena itu, peneliti menginginkan solusi nyata untuk mengatasi hal tersebut.
Berita Terkait
-
Peneliti Ungkap Usia 23 dan 69 Tahun Paling Bahagia dalam Hidup, Kok Bisa?
-
Studi: Sering Bad Mood, Bisa Jadi Polusi Udara Penyebabnya
-
Tekanan di Kantor Terlalu Berat? Lakukan 8 Hal Ini untuk Mengatasinya!
-
Pencetus Keripik Fenomenal Ini Ternyata Anak Muda dari Indonesia
-
Penjualan Sienta Terus Merosot, Mengapa ?
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis