Suara.com - Anak Terlambat Bicara saat Usia 1 Tahun, Waspadai Tuli Kongenital
Anak akan mengalami perkembangan sesuai fase usianya. Biasanya saat usia 12 bulan anak sudah mulai mengeluarkan kosakata sederhana meski tak begitu jelas. Ketika usia 18 bulan anak sudah mulai mampu menyebut satu kata yang memiliki arti dan di usia 24 bulan perbendaharaan kata anak semakin bertambah minimal 10 kata.
Namun jika anak Anda mengalami keterlambatan bicara sesuai fase usianya, maka waspadai kondisi tuli kongenital. Tuli kongenital merupakan gangguan pendengaran yang terjadi saat lahir, baik tuli sebagian ataupun total, dan bisa diakibatkan faktor-faktor saat kehamilan ataupun kelahiran.
Disampaikan dr Hably Warganegara, Sp. THT-KL, Dokter Spesialis THT, Bedah Kepala dan Leher RSPI Bintaro Jaya, kondisi tuli kongenital memang ditandai dengan keterlambatan bicara. Anak juga minim respon meski dikejutkan dengan suara yang kencang.
"Gejalanya anak belum bisa bicara sesuai usia. Memang data menunjukkan sekitar 25 persen anak yang delay speech (terlambat bicara) itu penyebabnya ada gangguan di THT. Selain itu bunyi pesawat atau ada bom dia nggak kaget," ujar dr Hably dalam temu media, di Jakarta, baru-baru ini.
Ia menambahkan bayi yang lahir seharusnya menjalani pemeriksaan OAE atau Otoacoustic Emissions untuk mendeteksi adanya gangguan pendengaran atau tidak. Penemuan kasus lebih awal dapat membantu bayi mendapatkan penanganan yang lebih baik sehingga tumbuh kembangnya tidak tertinggal.
"Kalau nggak bisa ngomong baru dibawa ke dokter, itu agak terlambat. Mestinya usia 6 bulan sudah diterapi. Dipakaikan alat bantu dengar biar nggak ketinggalan waktu belajar. Lebih cepat lebih bagus," imbuh dia.
Sayangnya tak semua rumah sakit menerapkan pemeriksaan ini saat bayi baru lahir sehingga gangguan pendengaran ini terlambat dideteksi.
Orang tua, kata dr Hably juga bisa mencoba melakukan deteksi sendiri dengan mengeraskan suara ke anak, ketika anak kaget dan ingin memeluk ibu maka itu tandanya fungsi pendengaran anak normal.
Baca Juga: Bukan ke Syahrini - Reino Barack, Luna Maya Kasih Selamat ke Artis Ini
"Faktor risikonya banyak. Bisa karena gangguan riwayat keluarga dari lahir, ada infeksi TORCHS saat ibu mengandung, bayi lahir prematur sehingga fungsi pendengaran belum optimal, bisa juga karena bayi dirawat di NICU selama lima hari atau lebih dan infeksi meningitis," terangnya mengenai faktor risiko anak terlambat bicara.
Penanganan bayi dengan gangguan pendengaran seperti tuli kongenital yang ditandai terlambat bicara, kata dr Hably, bisa dilakukan dengan pemasangan alat bantu dengar, implan koklea, terapi bicara hingga memasukkannya ke sekolah khusus.
Berita Terkait
Terpopuler
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Seharga NMax yang Jarang Rewel
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
- 25 Kode Redeem FC Mobile 18 Oktober 2025: Klaim Pemain OVR 113, Gems, dan Koin Gratis!
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
Terkini
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?
-
Fraud Asuransi Kesehatan: Rugikan Triliunan Rupiah dan Pengaruhi Kualitas Layanan Medis!
-
Rahasia Kehamilan Sehat dan Anak Cerdas: Nutrisi Mikro dan Omega 3 Kuncinya!
-
Kisah Ibu Tunggal Anak Meninggal akibat Difteri Lupa Imunisasi, Dihantui Penyesalan!
-
Masa Depan Layanan Kesehatan Ada di Genggaman Anda: Bagaimana Digitalisasi Memudahkan Pasien?
-
Manfaat Jeda Sejenak, Ketenangan yang Menyelamatkan di Tengah Hiruk Pikuk Kota
-
WHO Apresiasi Kemajuan Indonesia dalam Pengembangan Obat Herbal Modern
-
Stop Diet Ekstrem! 3 Langkah Sederhana Perbaiki Pencernaan, Badan Jadi Lebih Sehat
-
Prodia Skrining 23.000 Lansia di Indonesia, Dukung Deteksi Dini dan Pencegahan Demensia