Suara.com - Idul Fitri di Indonesia selalu identik dengan saling meminta maaf serta memaafkan kesalahan orang lain yang pernah terjadi atau dilakukan pada masa lampau. Tahukah kamu bahwa saling memaafkan bisa memengaruhi struktur otak?
Tradisi saling memaafkan membuat Idul Fitri begitu istimewa, terlebih karena jalinan silaturahmi dapat terus terjaga.
Nah, memaafkan bukan sekadar aksi yang tak mempunyai efek apapun pada tubuh. Sebaliknya, memaafkan ternyata berdampak pada otak kita.
Dikutip dari laman Neurologys Times, para peneliti telah memelajari sikap memaafkan. Mereka menemukan, kecenderungan untuk memaafkan adalah sifat yang terkait dengan karakteristik struktural dan metabolisme otak tertentu.
Para psikolog telah lama berpendapat bahwa menyimpan dendam tidak bermanfaat bagi kesehatan emosi atau fisik seseorang. Di sisi lain, memaafkan atau pertanggungjawaban juga dapat berdampak pada hasil hukum dalam situasi kriminal.
Beberapa penelitian telah menilai pengampunan dan apakah ada korelasi dengan anatomi otak. Dalam satu penelitian, relawan mengisi kuesioner untuk menilai kecenderungan mereka sendiri untuk memaafkan.
Morfologi berbasis Voxel, yang menilai volume otak relatif, digunakan untuk mengukur secara objektif apakah ada korelasi antara kecenderungan memaafkan yang dinilai sendiri dengan struktur otak. Bahkan, penelitian ini konsisten dengan hasil beberapa penelitian serupa lainnya.
Hasilnya, orang yang memiliki korteks insular kecil, yang juga berhubungan dengan perasaan jijik, cenderung lebih pemaaf.
Bagian otak bernama gyrus frontal inferior yang diketahui memainkan peran kuat dalam bahasa dan konteol impuls, ternyata lebih kecil pada orang yang menganggap mereka lebih pemaaf.
Baca Juga: Mengapa Lebih Mudah Memaafkan saat Lebaran?
Ini menunjukkan bahwa memaafkan tidak terkait dengan keterampilan verbal dan juga bukan perilaku yang sepenuhnya rasional atau terkontrol yang dapat dimoderasi oleh pikiran dan perasaan yang tidak diartikulasikan dengan baik.
Temuan menarik lainnya adalah, bagian otak korteks prefrontal dorsolateral kiri mempunyai ukuran lebih besar pada seorang pemaaf.
Jika bagian otak ini menjadi tak berfungsi, diyakini dapat membuat seseorang depresi. Sebaliknya, kurangnya kecenderungan depresi akan mendorong seseorang memaafkan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan