Suara.com - Makan makanan bersantan di hari raya pastinya tak akan terhindarkan. Hal ini wajar, asal Anda tahu porsi dimana Anda harus berhenti.
Santan, yang menjadi bumbu dominan masakan Idul Fitri, memang sangat nikmat. Bagi Anda yang tidak punya masalah kesehatan maupun yang memilikinya, sebaiknya tahu dampak-dampak santan bagi kesehatan.
Berikut 8 dampaknya menurut stylecraze.com;
1. Banyak Lemak Jenuh
Jenis lemak ini dapat menyebabkan kolesterol tinggi dalam tubuh. Satu cangkir santan saja mampu meningkatkan tingkat lipoprotein yang merugikan kesehatan dalam jangka panjang.
2. Bisa Menyebabkan Alergi
Jika Anda alergi terhadap kacang-kacangan jenis khusus, seperti kenari, almond, kemiri, dan jambu mete, maka hampir dipastikan Anda juga akan alergi pada santan. Jenis alergi yang muncul bisa berbeda pada tiap orang.
3. Meningkatkan Berat Badan
Terlalu sering mengonsumsi makanan bersantan akan membuat berat badan seseorang meningkat dengan cepat.
4. Kolesterol Tinggi
Mereka yang berisiko kolesterol tinggi dan penyakit kardiovaskular harus menahan diri dalam mengonsumsi santan. Seperti halnya susu tanpa pemanis, santan juga memiliki kandungan lemak tinggi, sehingga membuat seseorang berisiko lebih besar mengalami masalah jantung, termasuk stroke. Batasi hanya porsi kecil saja.
5. Dapat Menyebabkan Sembelit
Santan dapat menyebabkan masalah pencernaan pada beberapa orang, karena seratnya yang tinggi. Pada seseorang yang jarang makan makanan berserat dan kemudian mengonsumsi makanan bersantan, maka hal ini sangat mungkin memicu masalah pencernaan, termasuk diare dan gas tinggi dalam perut.
6. Penuh Gula
Santan tanpa rasa pun sebenarnya mengandung banyak gula, apalagi jika sudah berbumbu. Porsi kecil, sekali lagi sangat disarankan.
7. Kalori Tinggi
Satu cangkir santan murni memiliki 550 kalori. Ini hampir sepertiga kalori yang Anda butuhkan setiap hari.
Baca Juga: Santan dan Madu Disulap Jadi Kondisioner Alami, Begini Caranya
8. Bisa Menyebabkan Gangguan Pencernaan Fruktosa
Monosakarida dan poliol dalam santan dapat meningkatkan risiko gangguan iritasi usus. Akibatnya, pertumbuhan bakteri didorong ke usus kecil karena transportasi fruktosa (gula dalam buah) yang tidak merata.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan