Suara.com - Ketika Anda berbicara dengan anak Anda tentang seksualitas dan reproduksi, Anda tentu ingin memastikan mereka mengerti apa yang Anda katakan.
Ketika berbicara tentang seksualitas, pastikan Anda menjelaskan berbagai hal sesuai dengan perkembangan sang anak.
Orang tua tidak harus menjelaskan semuanya sekaligus. Sebab anak-anak yang lebih kecil lebih tertarik pada kehamilan dan bayi, daripada hubungan seksual itu sendiri.
Berikut beberapa penjelasan yang dapat Anda katakan pada anak sesuai dengan usia mereka, melansir About Kids Health.
- Anak-anak usia sekolah: usia 5 hingga 8 tahun
Anak-anak harus memiliki pemahaman dasar bahwa beberapa orang heteroseksual, homoseksual atau biseksual, dan bahwa ada serangkaian ekspresi gender, seperti jenis kelamin tidak ditentukan oleh organ intim seseorang. Mereka juga harus tahu apa peran seksualitas dalam hubungan.
Anak-anak harus tahu tentang konvensi sosial dasar privasi, ketelanjangan dan rasa hormat terhadap orang lain dalam hubungan.
Ajari anak-anak cara menggunakan komputer dan perangkat seluler dengan aman.
Pada rentang akhir usia ini, si Kecil harus diberitahu tentang dasar-dasar pubertas, karena sjumlah anak akan mengalami perkembangan pubertas sebelum usia 10 tahun.
Baca Juga: Belajar Edukasi Seksual, Siswi SD Ini Baru Sadar Telah Diperkosa Kakeknya
- Pra-remaja: usia 9 hingga 12 tahun
Pra-remaja harus diajarkan tentang seks yang lebih aman dan kontrasepsi dan harus memiliki informasi dasar tentang kehamilan dan infeksi menular seksual (IMS).
Mereka harus tahu bahwa menjadi remaja tidak berarti mereka harus aktif secara seksual.
Pra-remaja seharusnya meningkatkan pengetahuan tentang keamanan internet, termasuk bullying dan sexting. Mereka harus mengetahui risiko berbagi foto telanjang atau eksplisit tentang diri mereka sendiri atau teman sebaya mereka.
- Remaja: usia 13 hingga 18 tahun
Remaja harus menerima informasi yang lebih rinci tentang menstruasi dan mimpi basah. Mereka harus tahu bahwa ini adalah hal normal dan sehat.
Berita Terkait
-
Ironi Hari Guru: Ketika Cokelat Murid Dianggap Ancaman Gratifikasi
-
Pendidikan Inklusi atau Ilusi, Realita Pahit dan Harapan Besar Bangsa
-
Purnamasidi Dorong Resentralisasi Pendidikan untuk Samakan Mutu Nasional
-
Jangan Takut Lapor! KemenPPPA Tegaskan Saksi dan Korban KBGO Tak Bisa Dituntut Balik
-
Lolos ke Piala Asia 2027, Pelatih Singapura Berterima Kasih kepada Guru Penjas
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Matic untuk Keluarga yang Irit BBM dan Murah Perawatan
- 58 Kode Redeem FF Terbaru Aktif November 2025: Ada Item Digimon, Diamond, dan Skin
- 5 Rekomendasi Mobil Kecil Matic Mirip Honda Brio untuk Wanita
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Sunscreen Wardah Untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Bantu Atasi Tanda Penuaan
Pilihan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah Tahan Seharian Tanpa Cas, Cocok untuk Gamer dan Movie Marathon
-
5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
-
Hari Ini Bookbuilding, Ini Jeroan Keuangan Superbank yang Mau IPO
-
Profil Superbank (SUPA): IPO Saham, Harga, Prospek, Laporan Keuangan, dan Jadwal
-
Jelang Nataru, BPH Migas Pastikan Ketersediaan Pertalite Aman!
Terkini
-
Rekomendasi Vitamin untuk Daya Tahan Tubuh yang Mudah Ditemukan di Apotek
-
Horor! Sampah Plastik Kini Ditemukan di Rahim Ibu Hamil Indonesia, Apa Efeknya ke Janin?
-
Kebutuhan Penanganan Kanker dan Jantung Meningkat, Kini Ada RS Berstandar Global di Surabaya
-
Waspada Ibu Hamil Kurus! Plis Kenali Risikonya dan Cara Aman Menaikkan Berat Badan
-
9 Penyakit 'Calon Pandemi' yang Diwaspadai WHO, Salah Satunya Pernah Kita Hadapi
-
Kabar Baik Pengganti Transplantasi Jantung: Teknologi 'Heart Assist Device' Siap Hadir di Indonesia
-
Jennifer Coppen Ungkap Tantangan Rawat Kulit Sensitif Anaknya, Kini Lebih Selektif Pilih Skincare
-
Titiek Soeharto Klaim Ikan Laut Tidak Tercemar, Benarkah Demikian?
-
Bukan Cuma Kabut Asap, Kini Hujan di Jakarta Juga Bawa 'Racun' Mikroplastik
-
Terobosan Regeneratif Indonesia: Di Balik Sukses Prof. Deby Vinski Pimpin KTT Stem Cell Dunia 2025