Suara.com - Baru-baru ini pasangan seorang pria AA (38) dan adik kandungnya, BI (30) diusir oleh warga Desa Lamunre Tengah, Luwu, Sulawesi Selatan.
Pasalnya, pasangan kakak beradik itu telah menjalin hubungan seksual sedarah hingga memiliki 2 anak, berusia 2,5 tahun dan 1,5 tahun.
Berdasarkan pengakuan AA, ia sudah tidak mampu lagi menahan nafsu sampai akhirnya berhubungan seksual dengan adiknya selama tinggal dalam satu atap.
Perkawinan sedarah ini tentu bukan pertama kalinya terjadi di Indonesia. Padahal perkawinan sedarah ini memberikan banyak efek samping.
Studi terbaru dilansir dari Standford at The Tech Understanding Genetics, menunjukkan bahwa tanpa perkawinan sedarah saja, hubungan persepupuan sudah berisiko menularkan penyakit 2-3 persen lebih tinggi.
Apalagi jika saudara kandung atau sepupu ini menjalin perkawinan sedarah, pastinya risiko penularan penyakit jauh lebih tinggi.
Perkawinan sedarah hingga melahirkan seorang anak berisiko lebih tinggi menularkan penyakit resesif pada keturunan mereka.
Penularan penyakit resesif ini berasal dari gen ibu dan ayahnya. Resesif berarti bahwa kedua salinan gen harus memiliki versi yang sama agar memiliki efek. Ciri resesif yang umum adalah rambut merah atau mata biru. Penyakit resesif yang umum adalah fibrosis kistik dan anemia sel sabit.
Salinan gen yang tidak bekerja dengan baik dapat menyebabkan penyakit resesif. Tetapi biasanya mereka hanya menyebabkan penyakit jika kedua salinan gen tidak bekerja.
Baca Juga: Perkawinan Sedarah di Sulawesi Selatan, Ini 5 Risiko Penyakit Anaknya!
Kita semua memiliki beberapa gen penyakit resesif, tetapi biasanya kita memiliki salinan gen kedua yang berfungsi menjaga kesehatan kita.
Ketika Anda memiliki satu salinan normal dan satu salinan gen penyakit, Anda disebut "pembawa" penyakit. Bisa jadi pasangan sedarah ini tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, tetapi mereka dapat menularkan penyakit gen ke anak-anak mereka.
Ada banyak penyakit resesif yang berbeda dan mereka cenderung langka. Artinya, dua orang tua yang tidak terkait kemungkinan besar merupakan pembawa gen penyakit yang berbeda satu sama lain.
Jika mereka memiliki anak bersama, anak-anak mungkin akan mendapatkan setidaknya satu salinan yang bagus dari salah satu gen itu. Jadi anak-anak tidak mungkin terkena penyakit itu.
Di sisi lain, saudara kandung memiliki hubungan yang sangat erat. Jadi mereka lebih cenderung menjadi pembawa penyakit yang sama. Sementara anak-anak mereka lebih mungkin mendapatkan dua salinan yang rusak dari gen-gen itu dan berakhir dengan penyakit ini.
Karena potensi risikonya yang besar, pasangan yang melakukan hubungan sedarah seringkali disarankan untuk menemui konselor genetik. Konselor genetik dapat mencari tahu apakah mereka berdua pembawa penyakit dan mempertimbangkan risikonya.
Berita Terkait
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan Resmi Go Live Nasional Penjaminan Dugaan KK/PAK di Aplikasi
-
RSUD Aceh Tamiang Kembali Buka, Warga Keluhkan Penyakit Kulit dan Gangguan Pernapasan Pascabanjir
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?
-
12 Gejala Penyakit ISPA yang Wajib Diwaspadai, Serang Korban Banjir Sumatra
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa