Suara.com - Tragis, Biaya Berobat Penyakit karena Kebakaran Hutan Hampir Rp 2 Triliun
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) menjadi salah satu penyakit karena kebakaran hutan yang paling sering dikeluhkan masyarakat terdampak. Tak main-main, ongkos dan biaya pengobatannya dinilai hampir mencapai Rp 2 triliun.
Budi Wardhana, Deputi Perencanaan dan Kerja Sama Badan Restorasi Gambut, dalan acara diskusi 'Ongkos Kesehatan dari Bencana Kebakaran Hutan dan Gambut' di KataData Forum, Selasa (13/8/2019), mengatakan berdasarkan data pemerintah, sebanyak 600 ribu orang positif mengalami ISPA sebagai dampak kebakaran hutan di Provinsi Riau pada medio 2014-2015 lalu.
Paparan polusi asap pun memengaruhi lebih dari 60 juta orang, termasuk warga negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Dikatakan Budi, biaya yang dihabiskan untuk pengobatan mencapai Rp 1,9 triliun.
"Biaya jangka panjang ini belum bisa dihitung, penelitian yang ada ini menunjukkan paparan polutan udara jangka panjang berkorelasi dengan peningkatan penyakit kronis pernafasan, penurunan kecerdasan pada anak-anak dan usia sekolah dan kardiovaskular," tutur Budi.
Selain biaya berobat, meluasnya titik api atau hotspot akibat kebakaran hutan dan gambut juga merugikan pemerintah dari sisi pembiayaan pemadaman. Diperkirakan anggaran negara terpangkas hingga Rp 2,5 triliun hanya untuk memadamkan kebakaran.
"Pemerintah Indonesia mengeluarkan dana sebesar Rp 2,5 triliun untuk pemadaman kebakaran. Jumlah ini termasuk biaya respon atau bantuan yang dikeluarkan BNPB dan pihak lain seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pekerjaaan Umum, Kementerian dan sektor usaha lainnya," ujarnya lagi.
Akibat kebakaran hutan masyarakat Riau khususnya yang terdampak ini harus merasakan pandangan yang terhalang asap dan api selama 5 bulan lamanya di sepanjang tahun 2015.
"Dampak kesehatan manusia, kerusakan produksi, distribusi perdagangan, transportasi, jasa lingkungan, dan penurunan nilai sumber daya menjadikan estimasi kerugian negara mencapai 221 triliun rupiah," jelas Budi dalam presentasinya.
Baca Juga: Dampak Peningkatan Aktivitas Gunung Bromo, Warga Terpapar ISPA
Mirisnya kerugian sebesar itu belum mencangkup efek jangka panjang lainnya, seperti penurunan permukaan tanah akibat air yang terkuras oksidasi gambut, berdampak banjir, hingga hilangnya ekosistem polinasi oleh serangga dan polinator lain.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa
-
Timbangan Bukan Segalanya: Rahasia di Balik Tubuh Bugar Tanpa Obsesi Angka
-
Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!
-
5 Pilihan Obat Batu Ginjal Berbahan Herbal, Aman untuk Kesehatan Ginjal dan Ampuh
-
Catat Prestasi, Tiga Tahun Beruntun REJURAN Indonesia Jadi Top Global Distributor
-
Mengenal UKA, Solusi Canggih Atasi Nyeri Lutut dengan Luka Minimal
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya