Suara.com - KPPPA : Waspada, Ada 4 Cara Predator Seks Merayu Anak Lewat Internet
Di era digital ini, pornografi, kekerasan dan kejahatan seksual telah mengalami pergeseran dari “offline” menjadi “online”. Bahayanya, kejahatan tersebut juga menyasar anak Indonesia.
Berdasarkan data Pemantauan Media 2018 oleh End Child Prostitution in Asian Tourism (ECPAT) Indonesia, terdapat 150 kasus eksploitasi seksual anak dan 379 anak menjadi korban. Literasi digital orangtua dan anak perlu dilakukan sebagai upaya untuk menekan dampak negatif internet, utamanya yang hingga melanggar hukum, dan memaksimalkan potensi pada internet.
“Indonesia merupakan pasar yang potensial bagi penggunaan internet dan gawai. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2018, jumlah pengguna internet di Indonesia sebanyak 171,17 juta atau 64,8 persen dari total penduduk Indonesia. Berdasarkan survei Kominfo 2017 sebesar 65,34 persen anak berusia 9 - 19 tahun telah memiliki gawai. Selain itu, 43,90 persen anak dengan usia yang sama merupakan pengguna internet. Berdasarkan catatan kami, beberapa kasus besar yang melanggar hukum, seperti kasus kejahatan seksual di Lampung dan Mojokerto adalah akibat pelaku tidak bijak menggunakan internet, seperti mengakses konten pornografi,” ujar Deputi Bidang Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Nahar dalam siaran persnya baru-baru ini pada kegiatan Sosialisasi Internet Aman untuk Anak di Jakarta.
Ada 4 bentuk atau tahap kejahatan yang mengancam anak – anak di internet.
1. Grooming online
Yakni seseorang yang melakukan bujuk rayu kepada anak – anak, biasanya melalui akun media sosial.
2. Sexting
Proses seorang anak yang secara intens mengirimkan pesan seksual secara eksplisit atau gambar yang menunjukkan sisi seksualitas dirinya karena hasil bujuk rayu atau permintaan pelaku. K
Baca Juga: Anak Pintar soal Teknologi, KPPPA : Orangtua Wajib Perketat Pengawasan
3. Sextortion
Tahap ketika pelaku memaksa dan menekan anak hingga memproduksi materi seksual atau uang.
4. Siaran langsung kekerasan seksual terhadap anak.
Pendekatan pelaku pada anak biasanya dalam jangka waktu yang lama dan di awali dengan komunikasi yang intens.
Direktur Kakatu, Muhammad Nur Awaludin atau akrab disapa Kak Mumu mengatakan bahwa kita tidak hanya bisa sekadar melarang anak untuk menggunakan internet, namun kita harus membuka pikiran mereka bahwa dibandingkan menggunakan internet untuk hal negatif, internet juga memiliki potensi dan memunculkan profesi – profesi baru. Profesi tersebut di antaranya kreator konten, online seller, kreator teknologi, dan gamers. Kak Mumu juga memberikan tips agar kita bisa terhindar dari dampak negatif internet, salah satunya adalah kecanduan game online.
“Salah satu cara agar kita bisa terhindar dari kecanduan bermain game online adalah mencari tahu penyebab mengapa kita melakukan pelarian ke game online. Biasanya bosan, kesepian, atau stres. Kita harus mengganti kegiatan bermain game online dengan aktivitas lainnya sesuai dengan waktu ketika kita merasa bosan, kesepian, atau stres. Kegiatan tersebut seperti olahraga, membaca buku, berdialog dengan keluarga atau teman sebaya,” tutur Kak Mumu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
Pilihan
-
Stanley Matthews: Peraih Ballon dOr Pertama yang Bermain hingga Usia 50 Tahun
-
Jordi Amat Tak Sabar Bela Timnas Indonesia Hadapi Arab Saudi
-
Hasil BRI Super League: Persib Menang Comeback Atas Arema FC
-
Malaysia Turunin Harga Bensin, Netizen Indonesia Auto Julid: Di Sini yang Turun Hujan Doang!
-
Drama Bilqis dan Enji: Ayu Ting Ting Ungkap Kebenaran yang Selama Ini Disembunyikan
Terkini
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis
-
72% Sikat Gigi Dua Kali Sehari, Kok Gigi Orang Indonesia Masih Bermasalah? Ini Kata Dokter!
-
Padel Court Pertama Hadir di Dalam Mal, Bawa Olahraga Jadi Makin Fun!
-
Nyaris Setengah Anak Indonesia Kekurangan Air Minum: Dampaknya ke Fokus dan Belajar
-
Event Lari Paling Seru! 8.500 Pelari Pulang Happy dengan Goodie Bag Eksklusif
-
Manfaat Donor Darah Kurang Maksimal Tanpa Peralatan Pendukung Terbaik
-
Awas, Penyakit Jantung Koroner Kini Mulai Serang Usia 19 Tahun!
-
Anak Rentan DBD Sepanjang Tahun! Ini Jurus Ampuh Melindungi Keluarga
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia