Suara.com - Kutip Al Quran, Kepala BKKBN Ungkap Jarak Kehamilan Ideal untuk Perempuan
Jarak kehamilan yang terlalu dekat memiliki beragam potensi masalah kesehatan, baik untuk ibu maupun anak. Lalu, berapa lama jarak kehamilan yang ideal?
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG mengatakan bahwa di dalam Al Quran, ada petunjuk jarak kehamilan ideal, yakni 30 bulan.
Jarak antara kehamilan pertama dan kedua dari Al Quran ini menurutnya sesuai dengan yang disosialisasikan dalam kampanye BKKBN.
Saat kunjungan kerja ke Puskesmas Sambung Macan Sragen Jawa Tengah, Selasa, (17/9/2019) menyampaikan bahwa anjuran yang tertulis dalam Al Quran tidak jauh berbeda dengan yang disarankan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
"Jarak kelahiran diatur Allah di dalam Al Quran itu 30 bulan, tertulis secara eksplisit tidak usah ditafsir. Sementara WHO menganjurkan 33 bulan. WHO yang isinya profesor-profesor, tapi Al Quran tidak kalah dengan WHO," kata Hasto, dilansir ANTARA.
Anjuran tersebut tertulis dalam surat Al-Ahqaf ayat 15. Menurut Hasto yang berlatar belakang sebagai dokter spesialis kandungan dan kebidanan, anjuran dalam Al Quran tersebut sesuai dengan ilmu kedokteran yang menyebutkan jarak kehamilan kurang dari dua tahun memiliki risiko bagi ibu dan anak.
Hasto melanjutkan bahwa anjuran tersebut semakin diperkuat di dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 233 yang menyarankan agar ibu menyusui anaknya hingga usia dua tahun.
Lagi-lagi anjuran tersebut sejalan dengan dunia kesehatan yang menyarankan ibu memberikan ASI eksklusif selama enam bulan dan dilanjutkan hingga dua tahun dengan makanan pendamping ASI.
Baca Juga: Kampanye 4 Anak di Bali, Ini Tanggapan Kepala BKKBN yang Baru Dilantik
Hasto yang pernah menjabat Bupati Kulon Progo selama dua periode tersebut mengungkapkan bahwa salah satu risiko melahirkan anak dengan jarak kehamilan kurang dari dua tahun adalah gangguan emosional dan mental.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa prevalensi gangguan kesehatan mental emosional di Indonesia sebesar 8,1 persen.
Hasto mengatakan gangguan mental emosional bisa disebut sebagai gangguan jiwa ringan. Oleh karena itu Hasto menyampaikan pentingnya menjaga usia kehamilan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
"Untuk menghasilkan produk manusia unggul dipengaruhi dari jarak kehamilan satu dengan yang lain," tutup Hasto. [ANTARA]
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Inovasi Bedah Robotik Pertama di Indonesia: Angkat Kanker Payudara Tanpa Hilangkan Bentuk Alami
-
Riset Ungkap Rahasia Bahagia: Bergerak 15 Menit Setiap Hari Bikin Mental Lebih Sehat
-
Mengembalikan Filosofi Pilates sebagai Olahraga yang Menyatukan Gerak, Napas, dan Ketenangan
-
Perawatan Mata Modern di Tengah Maraknya Gangguan Penglihatan
-
Terungkap! Ini Rahasia Otak Tetap Prima, Meski di Usia Lanjut
-
Biar Anak Tumbuh Sehat dan Kuat, Imunisasi Dasar Jangan Terlewat
-
Susu Kambing Etawanesia Bisa Cegah Asam Urat, Ini Kata dr Adrian di Podcast Raditya Dika
-
Toko Roti Online Bohong Soal 'Gluten Free'? Ahli Gizi: Bisa Ancam Nyawa!
-
9.351 Orang Dilatih untuk Selamatkan Nyawa Pasien Jantung, Pecahkan Rekor MURI
-
Edukasi PHBS: Langkah Kecil di Sekolah, Dampak Besar untuk Kesehatan Anak