Suara.com - Tinggi Gas Metana, Sampah Makanan Berisiko Picu Perubahan Iklim
Mungkin sebagian besar orang menganggap jika sampah makanan atau food waste yang terbuang akan menjadi pupuk kompos, sehingga asal saja dibuang. Tapi tidak semudah itu loh, semuanya harus melalui proses dan menggunakan bahan-bahan tertentu.
Akibat ketidak pahaman ini, wajar saja menurut Food and Agriculture Organization of the United Nations. The Economist tahun 2016-2017 juga menyatakan bahwa Indonesia menjadi negara terbesar kedua setelah Arab Saudi yang menghasilkan food waste dan food loss di dunia.
Food waste dapat mebahayakan lingkungan dan iklim karena menghasilakan karbodioksida (CO2) dan zat metana yang merusak lapisan ozon.
"Limbah makanan yang berada di tempat pembuangan akhir menghasilkan metana dalam jumlah yang sangat besar. Metana adalah gas rumah kaca yang lebih kuat daripada karbondioksida (CO2), yang dapat memperburuk konsekuensi negatif pada pemanasan global, yaitu perubahan iklim. Oleh karena itu, ini adalah masalah yang perlu diangkat dan ditangani oleh kita semua,” tegas Satya Hangga Yudha Widya Putra, B.A. (Hons), MSc selaku Co-Founder dan Penasihat Indonesian Energy and Environmental Institute (IE2I) di @america, Pacific Place, Jakarta Selatan, Jumat (4/10/2019).
Selaku pihak yang konsentrasi dibidang energi dan lingkungan, Satya mengungkap dari 30 kilogram sampah makanan yang dihasilkan setiap harinya mengeluarkan zat metana yang faktanya punya kekuatan 100 kali lebih kuat pengaruhi perubahan iklim dan lingkungan.
"Jujur saya dari konferensi energi dan perubahan iklim nasional, isu sampah makanan yang tidak sering disentuh banyak orang," ungkapnya.
Di sisi lain, CEO dan Co-Founder Ranum Farm Azmi Basyarahil mengatakan berperang dengan food waste bisa dilakukan dengan membangun ekosistem pertanian yang lestari dan saling menguntungkan bagi konsumen dan petani. Misalnya menjadikan hasil pertanian lokal lebih sehat dan berkualitas.
"Mari bergotong royong, fokus untuk terus mengkampanyekan cara baru kita dalam mengkonsumsi pangan. Kenali siapa penanamnya, ketahui kisah perjalanan pangan kita sendiri," sebut Azmi.
Baca Juga: Anies-FIA Sepakat Formula E Jadi Senjata Melawan Perubahan Iklim
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
Terkini
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek